Dan Kita pun TertawaÂ
Kawan lama tiba dari mana saja, menjinjing sekeranjang rindu dan cerita, sebagai menu suatu pesta yang kita rayakan bersama
Bayangan kisah dan kenangan saling menerang bagai kunang kunang, mewarnai wajah wajah sumringah, kawan kawan lama tiba membawa buku setebal kitab, berisi kisah seru: berjuang di ujung ombak, terhempas tebing karang, melintas badai, lalu melandai di dermaga pantai compang camping. Dikisahkan penuh gembira. Dan kita pun tertawa
Perjalanan panjang mendedah rahsa, sedih dan gembira sama saja asyiknya. Dan kita tertawa, menertawai nasib yang pergi malu-malu, berlalu lucu lucu terbalut oleh waktu
Sesekali serasa wagu, sehingga kita getir menyeringai, mendengar kisah kawan lain bergulat maut, berulang tergulung ombak dan terhempas di tebing  karang lautan. Tak pantas menertawai, itu kisah kawan sendiri
Para kawan lama mengelindan rasa, tentang jalan yang musti ditempuh, tanpa iringan bayang bayang, terkadang terang terkadang gelap menyertai, silih berganti, bagai pendulum nasib berayun tak tentu
Namun pantang derai airmata, sebab para guru mengajarkan dari dulu, bahwa tak ada ruang bagi duka yang panjang, sebab waktu terus bergulir, diisi warna hidup bagaimana ya terserah kita, kata kawan lama sambil tertawa. Dan berderailah tawa kita
Kawan kawan berkisah, sesekali di balik senyuman tipis, tersembunyi kesedihan menyayat luka. Namun bersegera sebagian kawan lain menggandeng tangan, menguat rasa
Dan kita berusaha tegar, menyimpan dan merawat luka di ruang terdalam, sehingga kenangan rasa tersayat tak sempat menusuk jiwa. Dan kita pun tertawa
Sesekali tertawa pilu, mendengar kisah satu dua kawan lebih dulu berpulang menjemput malam. Tenteramlah jiwa jiwa, bersemayam dalam keabadian kawan, kata kami beriringan. Maka kata kata mengalir, melarung harum bagai wewangian doa doa
Kawan kawan tiba mengudar rasa. Tertawa bersama adalah katarsis, agar tegar menjalani. Walau badai menghadang, derai tawa kita mewarnai, merawat hidup penuh semangat