Puisi Nyinyir: Keunikan Kata-kata Pedas, Tetapi Pahit Rasanya
Belakangan kita mendengar sebuah karya puisi dibacakan oleh seniman Butet Kartaredjasa. Puisi Butet itu sempat ramai viral dibicarakan di media, sebab mengandung isi kritik sosial dan kontroversial.Â
Saya tidak mau menulis kontroversial puisi Butet itu di sini, tetapi mengulas dari sisi lain, yakni sisi ulasan sebagai karya puisi. (sumber berita kontroversial puisi Butet, bisa ditonton, seperti diberitakan sebuah saluran televisi: di sini SUMBER nya)Â
Menurut penulis, puisi kontroversial Butet itu termasuk dalam katagori karya sastra puisi nyinyir, berisi kata kata sindiran pedas, namun terasa pahit bagi yang tidak suka pada jenis karya puisi itu.
Dan dalam ulasan ini, secara khusus penulis mengajak memahami seluk beluk nyinyirologi ilmu nyinyir puisi atau puisi nyinyir. Aeng aeng saja, Apaan sih itu?
Puisi Nyinyir Sebagai Karya Sastra
Sastra artinya mencakup berbagai bentuk karya tulis yang memiliki nilai estetika dan ekspresif, bisa dalam bentuk Novel, Cerpen, Puisi dan lainnya. Nah khusus puisi, termasuk puisi nyinyir, merupakan salah satu bentuk sastra yang menggunakan bahasa dengan pengaturan kata-kata yang khas untuk mengungkapkan ekspresi perasaan, pikiran, atau pengalaman.
Khusus puisi nyinyir atau puisi yang berisi kata-kata sindiran, khas nyinyir atau menyinyirin (kritik sosial) suatu keadaan tertentu, mungkin mengandung nada yang tajam dan kritik terhadap subjek atau situasi sosial tertentu. Menurut penulis, hal itu tetaplah dianggap sebagai bagian dari keragaman ekspresi sastra.
Hanya saja, memang puisi jenis nyinyir bisa memicu reaksi tertentu pada khalayak pendengar atau pembacanya. Terutama reaksi suka dan tidak suka. Efek Puisi nyinyir juga dapat memicu refleksi, membangkitkan emosi, dan memprovokasi pembaca (atau pendengar) untuk memikirkan isu-isu yang diangkat dalam puisi tersebut.
Contoh Puisi Nyinyir
Saya termasuk tidak suka membuat karya puisi nyinyir. Namun dalam konteks ilmu nyinyirologi puisi ini, penulis mencoba memberi contoh puisi nyinyir karya sendiri, di bawah ini:
Judul: "Para Pencari Panggung" oleh: D Wibhyanto
Para pencari panggung bersekutu,
badut badut getir, memilin waktu,
mimpi kekuasaan, pidato melepuh
dalam gelembung busa busa,
suram tak seriang lelaki kecil, bermain di pantai
menggiring angin ombak laut Selatan
berkawan bayangan, sendirian
tapi mengasyikkan.
***Â
Â