Pentas Wayang Kulit Kreasi Siswa, Merancangnya Bagaimana?Â
Suatu ketika saya mampir di sebuah galeri kecil yang menjual souvenir aneka tokoh wayang kulit, juga wayang golek di kawasan Njeron Beteng, Yogyakarta. Saya lupa persisnya tempat itu ada di sebelah mana di Njeron Beteng.
Uniknya tempat itu, selain diperlihatkan isi galeri, di mana para tokoh wayang dipajang berjajar rapi, saya juga diminta menyaksikan bagaimana perajin memproses pembuatan wayang kulit yang asalnya dari selembar kulit sapi dan kulit kerbau.
Dimulai dari selembar kulit yang telah disamak, lalu dimotif tokoh wayang, ditatah, dan diberi warna warni, sehingga sempurna sebagai sosok wayang kulit. Saya takjub melihat proses pembuatan wayang kulit itu ternyata cukup njelimet, rumit dan membutuhkan keterampilan khusus dan ketekunan ekstra, terutama saat wayang itu ditatah (disungging) menjadi bentuk yang sempurna.
Pertunjukan Wayang Minimalis
Lebih uniknya lagi, di galeri itu saya lalu disuguhi suatu pergelaran asli wayang kulit, tepatnya sepotong adegan pertunjukan wayang, berdurasi singkat 15 menitan.
Tetapi yang membuat saya takjub, bahwa melalui peralatan yang serba minimalis, pertunjukan wayang kulit itu terasa digelar sangat sempurna, profesional, dan membuat saya dan beberapa penonton yang hadir waktu itu, senang dan puas. Kami penonton bertepuk tangan di akhir pertunjukan!
Dari pertunjukan itu, saya terinspirasi bahwa ide konsep pergelaran wayang kulit minimalis semacam itu, mungkin sangat baik jika diajarkan di sekolah sebagai model pembelajaran seni dan memicu kreativitas siswa yang penuh pesona. Sebut saja istilahnya, pertunjukan "Wayang minimalis kreasi siswa".
Konsep PertunjukanÂ
Konsep pertunjukan wayang kulit minimalis karya siswa ini seperti apa? Berikut ini penulis bagikan, dengan catatan, model konsep ini nantinya oleh guru pendamping seni bisa disesuaikan sendiri dengan kebutuhan, tujuan dan manfaat pembelajaran siswa di sekolah setempat.
Persiapan Naskah:
Penyiapan naskah pertunjukan, caranya kita mengambil sepotong kisah dalam lakon wayang; misalnya sepotong adegan Anoman Obong, Karno Tanding, Perang Baratayudha, Abimanyu Gugur, Kresna Duta, dan sebagainya. Bisa juga lakon dari hasil karya cerita siswa atau guru sendiri.
Kalau di sekolah, guru bisa melibatkan siswa, dengan memancing ide kreatif siswa agar mengusulkan lakon cerita atau adegan semacam apa yang ingin mereka pentaskan, dalam durasi pentas singkat 15 menitan, atau maksimal 30 menitan.