Pembelajaran Praktis: yaitu, memberikan siswa pengalaman praktis yang tidak dapat diberikan dalam lingkungan kelas konvensional. Mereka dapat belajar melalui pengalaman langsung, observasi, interaksi dengan lingkungan, dan partisipasi dalam kegiatan praktis yang relevan dengan topik atau tujuan pembelajaran.
Pengembangan Keterampilan: bertujuan untuk mengembangkan berbagai keterampilan siswa. Ini termasuk keterampilan sosial, contohnya: kerjasama tim, komunikasi efektif, dan kepemimpinan, serta keterampilan praktis, seperti keterampilan bertahan hidup, orientasi diri, dan problem solving.
Peningkatan Kesadaran dan Penghargaan: Melalui Live-in, siswa dapat meningkatkan kesadaran mereka terhadap isu-isu sosial, lingkungan, dan budaya yang relevan dengan lokasi atau komunitas yang mereka tinggali. Mereka dapat mengembangkan penghargaan terhadap keberagaman, keadilan, keberlanjutan, dan persatuan dalam masyarakat yang berbeda-beda.
Pemberdayaan Siswa: Live-in dapat menjadi kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan rasa tanggung jawab, mandiri, dan kepercayaan diri. Mereka dapat belajar menghadapi tantangan baru, mengelola diri mereka sendiri, dan mengambil inisiatif dalam pengaturan yang berbeda dari lingkungan sehari-hari mereka.
Membangun Hubungan dan Kolaborasi: Live-in memungkinkan siswa untuk membangun hubungan yang kuat dengan sesama siswa, guru pendamping, dan masyarakat desa setempat. Ini dapat memperkuat rasa kebersamaan, meningkatkan kemampuan bekerja sama dalam tim, dan membangun jaringan sosial yang berharga.
Live-in Memakai Metode Experiential Learning
Metode pembelajaran eksperimental, dikenal sebagai experiential learning, adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pengalaman langsung dan refleksi siswa terhadap pengalaman tersebut. Metode ini menekankan bahwa pembelajaran yang efektif terjadi melalui interaksi aktif siswa dengan materi pelajaran, lingkungan sekitar, dan rekan sebaya mereka.
Ada empat tahap utama dalam metode pembelajaran eksperimental, yang sering disebut sebagai siklus pembelajaran eksperimental:
Pengalaman Konkrit:Â Tahap ini melibatkan langsungnya siswa dalam situasi konkret yang terkait dengan materi pembelajaran. Siswa berpartisipasi dalam aktivitas fisik, observasi, eksperimen, atau pengalaman praktis lainnya yang relevan dengan topik yang dipelajari. Tujuan dari tahap ini adalah untuk memberikan pengalaman langsung yang dapat membentuk dasar refleksi dan pembelajaran siswa.
Refleksi: Setelah mengalami situasi konkret, siswa diberikan kesempatan untuk merefleksikan pengalaman mereka. Ini melibatkan pemikiran kritis, analisis, dan evaluasi terhadap pengalaman yang mereka alami. Siswa dapat berdiskusi, menulis jurnal, membuat catatan, atau berpartisipasi dalam kegiatan refleksi lainnya yang membantu mereka memahami dan mengaitkan pengalaman dengan konsep yang dipelajari.
Konsep dan Analisis:Â Tahap ini melibatkan pengenalan konsep dan teori yang relevan dengan pengalaman siswa. Guru menyediakan pemahaman konseptual melalui pengajaran langsung, presentasi, atau materi bacaan yang sesuai. Siswa juga diajak untuk menganalisis dan menghubungkan konsep ini dengan pengalaman konkret yang telah mereka alami. Tujuan dari tahap ini adalah untuk memperkuat pemahaman siswa dan membantu mereka membuat hubungan antara pengalaman dan konsep.
Aplikasi: Tahap terakhir melibatkan penerapan konsep dan pengetahuan yang diperoleh siswa dalam situasi baru atau konteks yang berbeda. Siswa diberikan kesempatan untuk menerapkan konsep-konsep tersebut dalam aktivitas atau masalah nyata. Hal ini membantu siswa melihat relevansi dan kegunaan konsep-konsep dalam kehidupan sehari-hari.