Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Lembayung Senja

19 Mei 2023   06:37 Diperbarui: 19 Mei 2023   06:50 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi: Lembayung Senja

Bersimpuh di pelataran bebatuan
tubuh letih menepi di undakan ketigapuluh
menyulam waktu bersama lembayung senja

Sejengkal lagi kita sudahi stupa terakhir, dimana
Buddha tersipu memindai ingatan, tentang sejoli yang
tak pernah berhenti melukis Pelangi

: Ah, biarlah harapan mekar, kalem saja di tersisa sekian
undakan lagi, sebelum matahari berpendar memeluk
malam, katamu

: Oh, biarkan kusentuh arca terakhir untukmu, ruang
Buddha bersila, tak memohon apa selain pulang
bersama kenangan di rumah kalbu, kataku

Dan relief terakhir lambat mengukir motif daun waru yang
lama tersimpan di celah bebatuan

Sementara lembayung senja merona di pelataran candi
menerpa sepasang bunga mawar mekar, tersipu merah jambu

Batu batu berlumut waktu, diam diam kabut mengukir
relief perjalanan terakhir sepasang sejoli yang terberkati

(Borobudur: catatan pendek di cinta yang panjang) 

Mei 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun