Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Kopiku Telah Tandas di Dasar Gelas, Kopimu Bagaimana?

18 Mei 2023   15:06 Diperbarui: 18 Mei 2023   15:27 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
photo by wibhyanto/designed with canva/ dokpri.

Kopiku Telah Tandas di Dasar Gelas, Kopimu Bagaimana? 

Kopiku telah tandas di dasar gelas, dalam tarikan seruputan terakhir,
menyisa sedikit hitam dalam bibir gelas, melewati segaris cerita
tentang pagi sunyi yang segera tersudahi

Kopiku telah tandas di dasar gelas, kopimu bagaimana?
Semestinya tak kuseruput terburu-buru hingga separuh ampasnya, sesalku
sebab bukankah aromanya masih kita butuhkan, menemani hingga di ujung pagi?

Aroma kopi yang begitu hangat, menenangkan hati dan pikiran,
hanya tinggal kenangan rasa pahit yang melekat, telah sirna terpilin oleh waktu,
memupus kisah cerita tentang apa saja atau segelas kopi adalah kisah proses panjang, perjuangan seduhan yang membuncah di bibir gelas, sedikit sesal yang kental diam-diam mengikuti

Seruputan terakhir kopiku telah tandas di dasar gelas, kopimu bagaimana?
seperti kawan lama pagi hanya tertawa, lalu tetap sama seperti di seruputan awal, pagi mencengkerama apasaja, sedih dan gembira, pahit manis getir mengelindan di dasar jiwa

Tak peduli seberapa tinggi mimpi yang ingin kita gapai
Cerita kopi dalam sepenggal rasa pahit yang kental, mengingatkan hidup tak selalu baik baik saja
Namun selagi jiwa masih dikandung badan, walau hingga harus tandas di dasar gelas, setiap tantangan musti dihadapi, dengan kesadaran dan tegar hati

Segelas kopi kental adalah ritual pagi, mengajarkan tentang kekuatan dalam kesederhanaan.
Betapa setiap tegukan adalah tentang dahaga, setiap seduhan pasti mempunyai arti.
Segelas kopi adalah sejumput semangat yang mengiringi hidup yang penuh inspirasi

Biarlah pekatnya kopi pahit menjadi pengingat soal keberanian rasa
di setiap seruputan terakhir yang menempel di ujung lidah,
selalu ada narasi yang musti disudahi

Terima kasih kopi, selamat tinggal rasa jahanam, bersemayamlah dalam kenangan,
esok mungkin kita bertemu lagi, mengudar rasa dalam setiap seruputan,
berbagi cerita tentang apasaja, mencengkerama bersama pagi,
hingga seruputan terakhir yang terberkati

Kopiku diam-diam telah tandas hingga di dasar gelas,
kopimu bagaimana?

Jakarta, Mei 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun