Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Sandhyakalaning Baruklinting - Tragedi Kisah Tersembunyi (Episode#20)

29 April 2023   19:48 Diperbarui: 30 April 2023   10:32 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Kriwikan dadi grojogan" #20 , Cover image by D.Wibhyanto / dokumen pribadi.

Kelompok kecil telik sandi Mataram ini juga memakai tehnik adudomba. Mereka menghasut warga dan antar kelompok yang berseteru. Gerombolan Nogo Kemuning dibenturkan dengan penduduk Mangir. Sedangkan Pulanggeni dibenturkan dengan Baruklinting. Sehingga di antara mereka saling tuduh dan mencurigai. 

Keadaan bertambah genting ketika suatu hari, entah siapa itu pelakunya. Ada sekelompok orang yang tiba-tiba muncul di Kotapraja, memakai atribut umbul-umbul berwarna kuning bergambar ular melingkar. Mereka melakukan berbagai penjarahan di pusat-pusat pertokoan pasar di Kotapraja. Tak sedikit penduduk setempat menjadi korban dan tewas dalam peristiwa penjarahan itu. Sebab para penjarah itu bergerak membabi-buta, membabat semua saja yang berusaha melawan mereka. Perlawanan warga seolah sia-sia, sebab para penjarah itu memiliki ilmu kadigdayan tinggi. Bau anyir darah meleleh di jalan-jalan Kotapraja Mangir.

Peristiwa itu menjadi rumit sebab di antara para korban penjarahan itu, selain penduduk Mangir, orang-orang gerombolan Nogo Kemuning beberapa turut tewas menjadi korban. 

Tempat tinggal Pulanggeni, Njaban Beteng Kotapraja

Sontak Pulanggeni kaget mendapat laporan dari telik sandi tentang peristiwa penjarahan itu. Sebab dia merasa bukan kelompoknya yang melakukan penjarahan. Dia tidak pernah mengeluarkan atribut dan umbul-umbul berwarna kuning, termasuk gambar ular naga melingkar yang menjadi ciri khas kelompoknya. Dia juga tak pernah memerintahkan pasukan untuk menjarah pusat-pusat pertokoan di Kotapraja. Pulanggeni menegaskan bahwa dia tidak mengkhianati Baruklinting. 

"Sodron! Siapa memakai atribut warna kuning untuk menjarah itu? Apa ada pasukan kita yang terlibat? Siapa para penjarah itu?!" tanya Pulanggeni dengan rasa geram dan heran. 

"Bukan kita pelakunya, sinuwun. Anak-anak pasukan Bayangan Hitam masih tertib dalam barak di tempat baru di Njaban Beteng. Tak ada yang berkeliaran ke jalan-jalan", jawab Arya Jalu kepala divisi pasukan Bayangan Hitam.

"Jadi siapa pelakunya, Margopati? Mengapa mereka menjarah dengan memakai bendera Nogo Kemuning?"

"Saya akan cari tahu, sinuwun", jawab kepala divisi telik sandi Nogo Kemuning itu. 

"Bukankah semua umbul-umbul kita masih tersimpan rapi di tempat tersembunyi?"

"Benar sinuwun. Pakaian seragam, umbul-umbul dan bendera Nogo Kemuning saya pastikan masih tersimpan rapat"

"Berarti ada pihak lain yang berusaha memfitnah kita dengan cara keji itu. Kita dijadikan tersangka. Ada pengkhianat yang sengaja membenturkan kita dengan penduduk dan pemerintahan Mangir", ujar Pulanggeni kemudian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun