Kemampuan di Luar Nalar (Episode #2)
Desa Aran, JalegongÂ
Dewi Ariwulan masih bersedih. Baru saja dia melepas kepergian Baruklinting. Dia tidak mampu mencegah tekad putra yang dikasihinya itu untuk pergi mencari bapanya. Putri gunung ayu rupawan dari desa Aran daerah Jalegong, lereng Gunung Ungaran itu merasa sangat kehilangan. Sebab rasanya baru kemarin sore dia menimang bayi Baruklinting, dan kini anak itu telah pergi meninggalkannya.
Dewi Ariwulan teringat pada kenangannya bersama buah hatinya itu. Waktu kecil, anak itu dia beri nama Joko Baru. Anak itu sering merepotkan. Sebab Joko Baru memiliki kemampuan linuwih dibanding anak seusianya. Dan dia sering bertindak di luar nalar. Orang-orang desa Aran menyebutnya anak itu sebagai Bocah Mbeling!
Sebagai bocah yang suka bermain, Joko Baru lebih sering bermain sendirian dengan cara yang tak lazim dan cenderung berbahaya, di kala itu. Adakalanya dia tampak membawa keranjang bambu, berada di tebing sungai Sumowono kemudian menceburkan diri ke air, menyelam dalam waktu lama, bahkan terlalu lama tidak muncul ke permukaan air. Tentu saja hal ini membuat beberapa orang yang tengah terlihat mencuci di pinggir sungai itu menjadi sangat cemas. Mereka khawatir terjadi sesuatu yang mengancam keselamatan anak itu. Tetapi tidak. Tak lama sesudah itu, Joko Baru muncul dari penyelaman di sungai Sumowono itu sambil mengangkat keranjang berisi penuh ikan wader ijo berukuran besar dan kecil. Orang-orang di pinggir sungai itu lega. Bahkan mereka senang karena Joko Baru membagi hasil tangkapan ikannya itu ke mereka untuk dijadikan lauk makan di rumah masing-masing.
Di Waktu lain, Joko Baru terlihat dengan gesit memanjat pohon besar yang tinggi, bergelantungan bersama belasan monyet yang menggerombol, bahkan turut berlompatan seperti para monyet itu dari dahan ke dahan, seperti sedang mencari makanan buah-buahan. Joko Baru sangat riang bermain bersama gerombolan monyet itu. Gerakannya begitu lincah, bahkan seperti sangat ringan tubuhnya terlihat melenting, meloncat dan berayun dari pohon-pohon tinggi di lereng Gunung Ungaran.
Ada kalanya, Joko Baru terlihat mengendap-endap seperti bersiap memburu sesuatu di padang savana Jalegong. Benar saja. Sedetik kemudian dia telah melesat, berlari sangat cepat, sambil berteriak mengejutkan sekawanan rusa yang tengah merumput di tempat itu. Sontak saja sekawanan rusa itu berhamburan lari tunggang langgang. Joko Baru tertawa kegirangan melihat polah rusa-rusa yang berlarian ke segala arah itu.
Tak jarang di hari lainnya, Joko Baru terlihat memanjat pohon tinggi. Mungkin itu pohon trembesi atau mahoni. Di dahan yang melengkung, kepalanya melongok mengamati sarang burung Prenjak yang menyimpan anak-anak burung menciap ciap mencari induknya. Dia bisa berlama lama di dahan pohon itu, terayun ayun tubuhnya tertiup angin. Sesekali dia mengambil biji bijian jewawut dari saku kantung bajunya dan memberikan jewawut itu sebagai makanan ke anak-anak burung yang menurutnya sedang kelaparan itu.
Hutan, lembah, sungai dan lereng Gunung Ungaran adalah alam liar yang luas. Kawasan itu adalah ruang bermain setiap hari yang menyenangkan bagi Joko Baru. Tetapi justru akibatnya tak jarang ibunya Dewi Ariwulan benar-benar cemas dan sulit menemukan di mana anak itu berada.
Maka suatu ketika perempuan itu memanggil Joko Baru dan memeluk putra yang dikasihinya itu. "Darimana saja kau bermain, hari ini ngger. Ibu cemas kalau kamu tak ibu ketahui keberadaanmu.", kata Dewi Ariwulan.
"Aku pergi memberi makan ke anak-anak burung yang tinggal di beberapa sarang mereka di pepohon pinus di samping pelataran candi gedong, ibu". Jawab Joko Baru. Matanya berbinar. Ibunya tersenyum. Lalu perempuan itu memasang sesuatu ke kedua telinga anak itu.