Mohon tunggu...
Aqshal AnandaRafi
Aqshal AnandaRafi Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Saya hobi berkebun

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Estetika Bahasa dalam Cerpen Sulastri Karya Sapta Arif

9 Desember 2023   18:18 Diperbarui: 9 Desember 2023   18:41 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ilmu Sastra menunjukkan keistimewaan, barangkali juga keanehan yang mungkin tidak dapat kita lihat pada banyak cabang ilmu pengetahuan lain (A Teeuw,2015). Nilai Estetika dalam karya sastra menjadi komponen yang penting,dalam buku kumpulan cerpen Bulan Ziarah Kenangan menurut saya, buku ini memiliki keindahan tersendiri dari segi bahasa maupun penokohannya. Estetik di dunia barat sama tuanya dengan Filsafat. Khusunya dalam Filsafat Plato masalah estetik memiliki peran yang sangat penting (A Teeuw,2015). 

Barangkali sebuah karya yang indah adalah karya yang bisa membuat pembaca takjub,kagum,dan mencari-cari makna terselubung yang ingin disampaikan penulis. Salah satu karya tulis tidak lepas dari gaya bahasa menurut Albertine (2005:51)  gaya bahasa adalah bahasa yang bermula dari bahasa yang biasa digunakan dalam gaya tradisional dan literal untuk mejelaskan orang atau objek. Dengan menggunakan gaya bahasa,imajinatif pengarang akan lebih tinggi dan luas


Bulan Ziarah Kenangan,adalah judul buku kumpulan cerpen karya Sapta Arif. Sapta Arif Nur Wahyudin merupakan salah satu Dosen di STKIP PGRI Ponorogo lahir di kota Bayumas Jawa Tengah. Saat ini dia berkarya sebagai Kepala Humas Kampus Literasi STKIP PGRI Ponorogo. Karya-karyanya telah disebar di berbagai lokal maupun nasional baik media cetak maupun daring. Buku kumpulan cerpen pertamanya berjudul "Di Hari Kelahiran Puisi". Kini dia menyibukkan diri sebagai admin media sosial  lensasastra.id,berkomunitas di Malam Sastra Pamdawa (MSP).

Di dalam buku Bulan Ziarah Kenangan ada 15 cerita pendek yang tersaji secara sistematis didalamnya yaitu : (1) Bulan Ziarah Kenangan,(2) Fana, (3) Bingkisan Bunga, (4) Bagaimana Jika, (5) Menerobos Lengkara, (6) Sulastri, (7) Surat Beramplop Merah Sore, (8) Apron Merah Muda & Mesin Jahit Tua, (9) Rima, (10) Jam Klasik yang Ritmis, (11) Ikan Salmon, (12) Renjana, (13) Lelaki Tua Bermata Seputih Susu, (14) Taman Serayu, dan (15) Kakek Pengekal Ingatan. Beberapa cerpen tersebut bisa dibilang memiliki penggambaran tokoh yang kuat,baik tokoh perempuan maupun tokoh laki-laki.

Cerpen Sapta Arif ini sangat menarik untuk dibaca terutama anak muda jaman sekarang,sebab didalamnya ada  perempuan-perempuan yang menarik dan menjadi peranan utama. Ada perempuan kuat pada cerpen Ikan Salmon, dan ada perempuan yang patah hati yang berupaya menyembuhkan diri sendiri dalam cerpen Bulan Ziarah Kenangan.


***


Berikut ini adalah uraian penulis atas cerpen Sulastri karya Sapta Arif ,dalam penerapan teori Estetika sebagai salah satu teori untuk menganalisis atau menilai sebuah karya sastra. Berbicara mengenai bahasa indah,begitu membaca cerpen Sulastri kita diajak untuk menikmati kelihaian penulis dalam menggambarkan sosok Sulastri.


"Alih-alih menggigil kedinginan,lantaran udara malam yang kian menusuk hingga tulang dan sendi,Sulastri tetap berdiri kokoh didepan teras rumahnya. Angin sisa hujan lebat yang seharusnya menerpa tubuh perempuan 50-an itu. Di tengah malam,ketika lonceng jam diruang tengahnya berbunyi nyaring-menandakan pergantian hari,Sulastri tetap teguh membunuh waktu dengan gunting dan helaian daun tanaman bunga yang telah mengering"
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa suasana rumah Sulastri yang digambarkan pengarang. "udara malam yang kian menusuk hingga tulang dan sendi" disini berarti suasana yang dingin mencekam,sebenarnya suasana ini tidak cocok untuk seseorang yang berusia 50-an. Udara malam bisa menyebabkan Rematik bagi orang lanjut usia,lantas pasti ada alasan tertentu tokoh tersebut masih berada diluar rumah ketika udara dingin. Disini bisa terlihat penggambaran suasana yang diciptakan penulis melalui bahasa begitu realistis terhadap keadaan. Pengarang disini menggunakan teknik analitik langsung penggambaran suasana sekitar yang digambarkan langsung dalam sebuah kalimat secara tersurat. "Tetap teguh membunuh waktu" menurut KBBI membunuh waktu disini berarti sesuatu yang dikerjakan sebagai pengisi waktu,agar tidak bosan.
Dari penjelasan diatas ,kita dapat menyimpulkan bahwa penggambaran suasana tempat atau keadaan bisa dijelaskan secara tersirat melalui gaya bahasa sebagai suatu bentuk pengekspresian dari pengarang.


"Seorang istri yang-barangkali-diidam-idamkan semua suami di dunia. Bagaimana tidak,selain memiliki kulit yang kuning langsat,wajah Sulastri terbilang manis dengan lesung pipit yang menggantung di pipi kirinya,Sulastri muda memang dikenal sebagai kembang desa di kampung halamannya"
"Seorang istri yang barangkali diidam-idamkan semua suami di dunia" Apakah suami didunia mengidam-idamkan sosok seperti sulastri? Belum tentu. Penggambaran tokoh Sulastri dalam kutipan diatas menggunakan majas Hiperbola, sebab pengarang langsung berspekulasi Sulastri idaman suami didunia. "Kulit kuning langsat" kalimat tersebut menggunakan majas Simbiolik,menurut (Masruchin,2017:10-11) Majas Simbiolik adalah pemilihan bahasa dalam mendeskripsikan suatu hal melalui pendekatan benda,tunbuhan,hewan sebagai lambang-lambang sematis. Karya sastra memang kental kaitannya dengan gaya bahasa atau majas sebab bisa menarik perhatian pembaca dan bisa juga membuat ceritanya lebih menarik dari segi bahasa. Tetapi juga harus diperhitungkan apakah tepat atau tidak jika pemilihan gaya bahasa tersebut di satu padukan dengan suatu kalimat. Nurgiyantoro dalam buku Stilistika Kultural menjelaskan bahwa Stilistika adalah disiplin ilmu yang mengkaji fungsi artistik penggunaan bahasa dalam berbagai konteks,stilistika juga memberikan penjelasan perihal ketepatan atau ketidak tepatan penggunaan berbagai unsur bahasa dalam sebuah teks (Nurgiyantoro,2017)


"Lekas kecurigaan itu beranak-pinak membuka pintu kecurigaan yang lain. Sudah lama perempuan itu menjanda.Pernah sesekali aku melihat seorang laki-laki berkulit hitam, berambut gimbal berantakan,berpakaian compang-camping, masuk ke halaman rumah si janda itu. Namun alangkah terkejut diriku, melihat orang yang dianggap gila oleh warga lain itu,duduk manis berbincang"
" Beranak-pinak"  ungkapan tersebut berarti mempunyai keturunan. Keturunan disini bukan berarti mempunyai seorang anak tetapi ditinjau dari kata sebelumnya yakni "kecurigaan" berarti ada satu kecurigaan dan kemudian kecurigaan yang lainnya itu muncul bertubi-tubi. Penggambaran karakter tokoh di situ jelas di deskripsikan dalam sebuah kalimat yang jelas tidak berlibet sehingga pembaca mudah mengetahui seperti apa sosok tokoh dalam teks tersebut. Pengarang disini menggunakan teknik analitik langsung menggambarkan tokoh secara tersurat, Memaparkan kondisi fisik tubuh tokoh, mulai dari pakaian yang dikenakan, jenis rambut dan menggambarkan suasana di sekitar tokoh. Penggambaran tersebut terlihat realistis tidak terlalu dibuat-buat ,biasanya penggambaran karakter atau suasana terlalu dibuat-buat justru akan menimbulkan jarak antara karyanya dan pembaca. Hal semacam ini akan membuat pemcaca merasa tidak masuk akal,aneh,dan berlebihan,karena bagaimanapun harus tetap realistis.


"Langit hitam pucat datang bersama gerombolan gigil yang mulai rutin menusuk-nusuk kulit. Di pos ronda, diterangi keremangan lampu neon,beberapa orang memaksakan matanya terbuka bermain kartu remi"
Sudah jelas apa maksud kutipan tersebut,yakni suasana malam di pos ronda. "Langit hitam pucat " kalimat tersebut menggunakan majas asosiasi atau perumpamaan. Dalam buku Pintar Majas,Pantun,dan Puisi (2017) karya Ulin Nuha, dituliskan bahwa majas Asosiasi adalah gaya bahasa yang membandingkan antara dua hal yang sebenarmya sangat berbeda,tetapi sengaja dianggap sama,dalam hal ini adalah kesamaan sifat. Majas asosiasi merupakan majas yang seriung digunakan penulis dari sekiat banyak jenis majas,karena memiliki fungsi dalam menciptakan perumpamaan dalam sebuah karya. Selain itu majas asosiasi mampu menunjukan  gaya bahasa yang berusaha ditumjukan penulis kepada pembaca. Majas ini dapat memberika kesan dan pengaruh berbeda terhadap pembaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun