Perlahan kini aku telusuri romansa, bersanding kasihmu, dan hangatmu.
Seketika aku pejamkan mata, membelai nadi jiwamu dalam kisah yang tak akan aku akhiri.
Melihat dan merasakan hadirmu, kebahagiaan tak bertepi.
Selama aku dalam pelukmu, kan kurasa apa yang belum aku rasakan.
Kau begitu indah.
Rebah lah kita di atas rerumputan, berembun, bekas kisah hujan malam tadi.
Kudekap, kupeluk, kucium bibirmu. Lepas sudah apa yang menjadi hasrat.
Bergelora dalam pergumulan cinta. Kita tak kenal waktu.
Terus dan terus kita nikmati. Tak mau, kita tak akan mau semua ini berakhir.
Kita buang ego, kita bakar pengkhianatan.
Cinta begitu kuta merelung dua hati kita.
Sampai kapan aku kan berpuisi? Menyebut namamu, tak henti-hentinya.
Aku kira, kita tetap selalu berjalan bersama.
Bukankah kita sudah tenggelam ke dasar samudera cinta?
Tak mungkin lagi kita bisa mengapung di atas keegoan diri kita.
Sayangku, "aku menyayangimu". Hanya itu puisiku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!