Mohon tunggu...
Aqramkusuma
Aqramkusuma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa, Universitas Muhammadiyah Makassar

Hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Buta Huruf di Era Digital Dan Kisah Randi Tentang Ketidakmampuannya Dalam Membaca

18 Januari 2025   20:11 Diperbarui: 18 Januari 2025   19:11 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Dalam era digital yang serba cepat ini, kemampuan membaca dan menulis menjadi semakin krusial. Namun, ironisnya, masih banyak siswa di tingkat SMP dan SMA yang mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis. Fenomena ini dikenal sebagai buta huruf fungsional. Kondisi ini tentu saja menghambat perkembangan siswa dan masa depannya.

Apa itu Buta Huruf Fungsional?

 

Buta huruf fungsional adalah kondisi di mana seseorang dapat membaca dan menulis, tetapi tidak mampu memahami atau menggunakan informasi tertulis untuk menyelesaikan masalah atau mengembangkan pengetahuan. Siswa buta huruf fungsional mungkin kesulitan memahami teks pelajaran, menulis esai, atau bahkan mengisi formulir sederhana.

Penyebab Buta Huruf Fungsional

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan siswa mengalami buta huruf fungsional antara lain Fondasi membaca dan menulis yang lemah sejak dini dapat berdampak pada kesulitan belajar di tingkat yang lebih tinggi, Kurangnya kebiasaan membaca sejak kecil dapat menghambat perkembangan kemampuan membaca dan menulis. Metode pembelajaran yang monoton dan tidak menarik dapat membuat siswa merasa bosan dan kehilangan minat belajar. Minimnya akses terhadap buku, perpustakaan, dan sumber belajar lainnya dapat menghambat perkembangan kemampuan literasi.

"Kisah Randi siswa berusia 14 tahun belum bisa membaca"

Randi, seorang anak berusia 14 tahun yang kini duduk di bangku kelas 7 MTS Al-Qalam, menghadapi tantangan besar dalam proses belajarnya. Meskipun sudah berusia remaja, Randi belum bisa membaca sama sekali. Masalah ini sebenarnya sudah muncul sejak ia masih berada di bangku sekolah dasar (SD). Untuk lebih memahami situasi Randi, ada beberapa faktor yang perlu dicermati.

Kebiasaan Bermain yang Menghambat Belajar

Sejak kecil, Randi lebih memilih bermain di luar rumah daripada belajar. Ketika teman-temannya di sekolah tengah belajar membaca, ia justru memilih keluar kelas untuk bermain. Kebiasaan ini semakin mengakar seiring berjalannya waktu, dan Randi semakin enggan untuk belajar membaca. Bahkan, ketika diminta untuk membaca, Randi lebih memilih untuk diam atau menolak dengan alasan merasa tidak bisa.

Kurangnya Dukungan Orang Tua

Salah satu faktor yang turut memperburuk keadaan adalah kurangnya dukungan dari orang tua. Orang tua Randi sibuk dengan pekerjaan mereka, sehingga tidak ada yang mendampingi atau memantau perkembangan belajarnya di rumah. Akibatnya, Randi tidak mendapatkan bimbingan yang seharusnya untuk mengatasi kesulitan yang ia hadapi dalam belajar membaca.

Rasa Malu dan Minder

Seiring berjalannya waktu, Randi semakin merasa malu karena tidak bisa membaca. Ketika ia melihat teman-temannya dapat dengan mudah membaca, rasa minder dan takut diejek mulai muncul. Hal ini membuat Randi semakin enggan untuk mencoba belajar di depan teman-temannya, karena ia takut dianggap bodoh atau kurang pintar. Perasaan ini mengarah pada perasaan frustasi yang mendalam, yang justru semakin menghambat proses belajarnya.

Dampak di Sekolah dan Psikologis Randi

Di sekolah, ketidakmampuan Randi membaca membuatnya kesulitan mengikuti pelajaran. Banyak pelajaran yang membutuhkan kemampuan membaca, sehingga Randi seringkali tertinggal jauh dari teman-temannya. Hal ini bukan hanya mempengaruhi prestasi akademisnya, tetapi juga menambah rasa tidak percaya dirinya. Secara psikologis, Randi merasa terisolasi dan semakin malas untuk mencoba memperbaiki keadaannya.

Penyesalan Orang Tua

Masalah ini baru disadari oleh orang tua Randi ketika ia sudah memasuki jenjang SMP. Namun, mereka bingung dan tidak tahu bagaimana cara membantu Randi mengatasi kesulitannya dalam membaca. Rasa penyesalan mulai muncul, tetapi tantangan yang ada kini semakin besar, karena Randi sudah merasa lebih malu dan tidak percaya diri untuk belajar seperti sebelumnya.

             Masalah yang dihadapi Randi bukan hanya soal ketidakmampuannya dalam membaca, tetapi juga berkaitan dengan kebiasaan bermain, kurangnya dukungan dari orang tua, dan perasaan malu yang terus berkembang. Oleh karena itu, perhatian, dukungan, dan pendekatan yang tepat sangat diperlukan agar Randi dapat mengatasi kesulitan belajar yang selama ini menghambatnya. Dengan bimbingan yang tepat, bukan tidak mungkin Randi akan mampu mengejar ketertinggalannya dan meraih potensi terbaik yang dimilikinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun