Gaya casual dalam sepak bola di Indonesia mulai muncul setelah suporter Liverpool dan Everton memperkenalkan gaya berpakaian Eropa daratan pada akhir 1970-an. Suporter kedua klub tersebut mengenakan pakaian mahal dari desainer terkenal untuk menghindari perhatian polisi.
Gaya casual memiliki ciri khas tersendiri dalam hal mode pakaian, etika, dan identitas klub. Beberapa klub di Indonesia, seperti Persija dan Persib, memiliki suporter yang mengadopsi gaya casual.
Berikut adalah beberapa perkembangan gaya casual dalam sepak bola:
Pada tahun 1980-an, label pakaian seperti Fila, Stone Island, Fred Perry, Kappa, dan Ben Sherman semakin populer di kalangan suporter.
Pada akhir 1990-an, banyak suporter yang mulai meninggalkan tren casual karena polisi mulai mengawasi orang-orang yang berpakaian mahal.
Pada tahun 2000-an, budaya casual mulai bangkit kembali setelah program televisi di Inggris menyoroti budaya casual, Dan pengaruh masuknya ke negara Indonesia karena budaya luar dan globalisasi. Casual football, atau yang juga dikenal sebagai "casuals", merupakan subkultur suporter sepak bola yang memiliki ciri khas tersendiri dalam hal mode pakaian, etika, dan identitas klub.
Di Indonesia, banyak anak muda yang merasa lebih terhubung dengan aliran casual football karena dianggap lebih modern dan keren dibandingkan kultur mania yang dianggap kuno.
Namun, fenomena ini juga menimbulkan ancaman, seperti seringnya kultur casual dikaitkan dengan perilaku agresif dan konflik antar pendukung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H