Dalam beberapa dekade terakhir kondisi perekonomian dunia memang menjadi sangat meningkat pesat, hal ini juga selaras dengan adanya perkembangan teknologi dan penemuan penelitian yang semakin beragam sehingga dapat mempermudah kehidupan Masyarakat dunia. Namun dengan banyaknya kesempatan, akses yang lebih luas, kemudahan teknologi dan komunikasi sering kali menjadikan manusia terlena dan pada akhirnya terjebak dalam sistem yang sangat merugikan mereka pada akhirnya dan tentu saja sistem ini telah tersusun rapi dan terstruktur sehingga sangat sulit bagi Masyarakat awam untuk memahami dan memperbaiki adanya kondisi ketimpangan ekonomi yang sangat marak di Masyarakat global.
Keadaan perekonomian dunia memang telah banyak mengalami perubahan peningkatan tapi disisi lain secara tidak sadar kondisi ini sebenarnya hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu saja dan merugikan bagi Sebagian besar lainnya seperti dampak yang dirasakan oleh dominasi Masyarakat umum yaitu adanya ketimpangan ekonomi yang semakin melebar dan menyebar luas bahkan hingga di normalisasi dengan kata-kata "kerja keras" namun esensi yang hendak disampaikan dalam kalimat motivasi yang sering terdengar tersebut nyatanya tidaklah relevan dalam berbagai aspek dan lapisan Masyarakat karena Sebagian besar Masyarakat umum tidak bekerja untuk diri mereka namun hanya sebatas mempertahankan hidup dengan berkerja untuk orang lain yang berkepentingan.
Hal tersebut tentunya bukan suatu kebetulan atau ajang suka relawan, namun adanya sistem yang saat ini telah marak dan mengakar menjadikan Masyarakat menengah sebagai pekerja bagi para pemegang kebijakan dan kepentingan, salah satu contohnya adalah dengan banyaknya bidang ilmu penjuruan yang semakin spesifik, konsep tersebut tentu bukan tanpa alasan, fokus dan spesifikasi dalam satu bidang ilmu tertentu dapat memperkecil dan mempersempit pandangan Masyarakat tentang keilmuan umum yang lebih menjanjikan sehingga penguasaan bidang-bidang tertentu saja oleh Masyarakat agar nantinya dapat menjadikan robot penggerak bagi para pemegang modal
Pada mulanya berakar pada pemikiran kaum liberal tentang Hak Asasi Manusia diantaranya kebebasan individu, pasar bebas, dan minimnya intervensi pemerintah dalam ekonomi. Paham ini melahirkan satu sistem kapitalisme dan berkembang, di mana pengusaha dan pemilik modal diberi kebebasan untuk mengeksploitasi peluang pasar. tidak bisa dihindari dan dipungkiri pada mulanya sistem ini memang lahir dikarenakan momentum Revolusi Industri dan semakin kuat hingga menjadi sistem ekonomi dominan di dunia Barat yang dipengaruhi juga oleh Pemikiran ekonomi Adam Smith, yang menulis The Wealth of Nations pada 1776, memberikan landasan teoritis bagi kapitalisme. Smith mengajukan gagasan tentang pasar bebas dan "invisible hand", di mana individu yang mengejar kepentingan pribadi secara tidak langsung akan memajukan kepentingan umum.
Meskipun telah banyak membawa kemajuan pada kondisi ekonomi dunia secara pesat, sistem kapitalisme dari paham liberal ini sering kali menciptakan ketimpangan dalam distribusi kekayaan dan sumber daya. Momen inilah yang akhirnya menjadikan fokus utamanya dan akumulasi keuntungan modal cenderung memperkuat kekayaan pada sekelompok kecil elit ekonomi, sementara mayoritas populasi tetap berada di level menengah ke bawah.Â
Hal ini dapat dibuktikan dengan Laporan Oxfam yang menunjukkan bahwa 1% populasi dunia menguasai lebih banyak kekayaan dibanding 99% sisanya dan anehnya Ketimpangan ini banyak terjadi di negara-negara yang menganut kapitalisme dan kebijakan ekonomi liberal. Dilihat dari data tersebut kebutuhan akan perlindungan hak dan properti dari individu di era globalisasi dalam penerapannya banyak di salah gunakan oleh sekelompok elit ekonomi dalam mempertahankan hak kepemilikan atas produksi berada ditangan mereka dan Masyarakat umum sebagai pekerja dan penggerak Perusahaan yang menghasilkan output lebih besar untuk Kalangan elit tertentu saja.
Pada akhirnya dapat kita lihat tantangan dan ketidakrelevanan paham liberalisme pada era globalisasi ini dikarenakan dukungan akan kepemilikan properti, kebebasan individu dan pasar dalam praktiknya sering kali kebebasan itu hanya dapat dirasakan dan dinikmati oleh kalangan segelintir elit tertentu saja dan di lingkup global hal ini banyak kita temui dimana negara-negara maju akan lebih diuntungkan dibanding negara-negara berkembang, ini tentunya memperluas ketimpangan kondisi ekonomi dan sosial antar negara-negara dunia sehingga relevansi dari paham liberalisme saat ini menjadi sangat dipertanyakan.
Pertimbangan tentang peran pemerintah dan Masyarakat secara umum dalam menjalankan sistem sosial dan ekonomi disuatu negara dapat menciptakan kestabilan dalam berbagai aspek. Alternatif seperti yang ditawarkan dalam neoliberalisme yakni ekonomi campuran dapat diterapkan di berbagai negara guna meredam dampak negatif dari sistem kapitalisme yang lahir dari paham liberal.Â
Paham liberalisme yang mendasari sistem kapitalisme memang telah banyak memberikan menghasilkan kemajuan ekonomi, tetapi di sisi lain hal ini justru memperparah kondisi ketimpangan ekonomi secara global. Hal ini dibuktikan dengan ketidakadilan yang semakin terlihat, terutama di negara-negara berkembang, relevansi paham liberal saat ini patut dipertanyakan agar kedepannya kebijakan ekonomi diharapkan dapat menjadi lebih inklusif dan berfokus pada tujuan pemerataan ekonomi secara global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H