Di sepanjang jalan, ia mendengar banyak percakapan orang. Ketika ada orang yang lewat, ia terbengong. Padahal orang itu tidak berkata apa-apa, tapi kenapa ia mendengar keluhannya. "Ahaa..!" teriaknya. Rupanya pendengarannya meningkat seribu persen. Ia langsung pulang menemui istrinya.
Melihat sang suami datang siang, sementara pasar biasanya kalau sudah jam segitu, jualan sudah mulai sepi. Sayur, ikan dan buah-buahan, sudah mulai habis. Tapi kemudian, ia memutuskan untuk tidak marah kepada suaminya. Melihat Asikh datang. Bu Asikh pasang senyum, tentu saja dengan hati yang menyimpan rasa dongkol melihat suaminya telat.
"Jangan khawatir bu, sayur, ikan dan buah kita bisa beli di lain toko.Tidak harus dipasar. Lagi pula Bapak terlambat karena ada kecelakaan sedikit," kata Asikh menghibur istrinya.
Istrinya melotot. Seakan tak percaya. Seluruh isi batinnya sudah dijawab suaminya. Ia terheran-heran. Melihat suaminya yang makin Nampak aneh dan penuh kejutan.
"Biasa saja, bu. Saya sehat-sehat saja kok."
Istrinya semakin tak percaya. Padahal ia belum mengeluarkan sepatah katapun. Akhirnya ia memilih diam.
"Ayo naik!" kata Asikh sambil menyalakan motor. Mereka berangkat ke pasar.
***
"Dasar Budeg.!" Asikh tersentak kedua kalinya. Teriakan itu membuyarkan lamunannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H