Tahun 2023 Kementerian Kesehatan menerbitkan data kesehatan 5 tahunan yaitu Survei Kesehatan Indonesia (SKI). Kekurangan gizi di Indonesia masih menjadi permasalahan besar, padahal Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu Indonesia emas di tahun 2045. Hasil utama SKI 2023 yang terintegrasi dengan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) dan Studi Kasus Gizi Indonesia (SSGI) menyatakan bahwa tahun 2023 Indonesia mengalami penurunan angka prevelensi stunting balita sebanyak 0.1% dibanding tahun 2022 yang mencapai 21,6%. Angka Balita Underweight secara nasional mengalami penurunan menjadi 15,9%. Lalu angka balita Wasting secara nasional meningkat dari 7,7% (2022) menjadi 8,5% (2023). Angka ini pun menjadi salah satu kekhawatiran apakah Indonesia masih bisa mewujudkan Indonesia emas 2045 secara optimal?
Dari data diatas bisa kita lihat bahwa status gizi pada balita di Indonesia masih kurang tetapi disitu juga terjadi penurunan angka balita yang mengalami stunting dan underweight, itu manjadi satu langkah positif untuk menuju Indonesia emas. Memang ada banyak faktor yang mempengaruhi terwujudnya Indonesia emas 2045, salah satunya kenaikan status gizi balita. Faktor-faktor penyebab kenaikan status gizi balita antara lain yaitu kondisi fisik orang tua, kondisi lingkungan, kondisi ekonomi, pengetahuan orang tua mengenai gizi seimbang dan lain sebagainya. Peran orang tua disini sangat besar dalam mewujudkan Indonesia emas 2045, salah satunya melalui anak yang mendapatkan tumbuh kembang yang optimal. Â
Tumbuh kembang optimal pada anak dapat dicapai dengan pemenuhan giziyang  seimbangpada  yang diberikan oleh orang tua. yang diberikan oleh orang tua.  Orang tua adalah orang yang paling bertanggung jawab atas tumbuh kembang sang anak, oleh karena itu orang tua harus mempunyai pengetahuan mengenai gizi yang dibutuhkan sang anak semasa dari dalam kandungan. Ilmu gizi tentu tidak boleh didapat dari sumber yang tidak jelas, melainkan harus dari orang yang mempunyai kapasitas mumpuni tentang gizi, salah satunya yaitu ahli gizi. Ahli gizi atau nutrisionis adalah tenaga kesehatan yang bertugas untuk mengedukasi dan menjadi konselor gizi. Maka dari itu, pengetahuan orang tua tentang gizi tidak lepas dari peran seorang ahli gizi yang terjun ke masyarakat. Contohnya; di posyandu, ahli gizi melakukan penyuluhan kelompok juga pemantauan pertumbuhan balita. Pengedukasian gizi yang dilakukan oleh ahli gizi tidak hanya dilakukan secara langsung di layanan kesehatan tetapi bisa dilakukan pada media cetak seperti poster dan juga media baru seperti internet dan media sosial (instagram, youtube dll)
Pada masa sekarang, telah banyak ahli gizi yang tidak hanya mengedukasi masyarakat tentang gizi secara tatap muka, tetapi juga pada media sosial. Mereka menggunakan media sosial untuk mengedukasi masyarakat dengan cara yang lebih ringan dan lebih mudah diterima oleh masyarakat. Salah satunya dengan cara membahas isu gizi yang tengah dibicarakan masyarakat. Lalu sekarang ini telah bermunculan perusahaan atau instansi yang telah membuka konsultasi mengenai gizi perseorangan ataupun kelompok secara online yang memudahkan para orang tua untuk belajar tentang kebutuhan gizi sang anak. Semua ini membuktikan ahli gizi yang tidak hanya berperan disatu sisi pada masyarakat untuk mewujudkan Indonesia emas 2045.
https://hellosehat.com/nutrisi/beda-nutritionist-ahli-diet-ahli-gizi/
https://ahligizi.id/blog/2021/04/29/posyandu-sarana-pemantauan-gizi-dan-kesehatan/amp/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H