Mohon tunggu...
Aqilah Mumtaza
Aqilah Mumtaza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa jurusan Musik di Institut Seni Indonesia Yogyakarta

"Menulis adalah bekerja untuk keabadian"- Pramoedya Ananta Toer

Selanjutnya

Tutup

Seni

Jogja Art+Books Fest Hari Kedua Suguhkan Seminar Inspiratif "Seni & Masyarakat" dan Bedah Buku "Aliansi Monyet Putih"

1 Mei 2023   12:47 Diperbarui: 1 Mei 2023   12:51 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perpaduan seni dan buku membaur dalam gelaran Jogja Art + Books Fest yang diinisiasi oleh Yayasan Seruang. Event ini diadakan mulai 29 April 2023 -- 16 Mei 2023. Selama 13 hari digelar, Jogja Art + Books Fest menyuguhkan beberapa agenda yang cukup menggairahkan para pecinta buku, seni rupa, maupun musik. Dodo Hartoko selaku direktur mengatakan agenda-agenda tersebut berupa pameran seni rupa "Kutip Kitab", seminar dan forum baca, bazar buku, konser musik "The Sound of Poetry", hingga pidato kebudayaan oleh Seno Gumira Ajidarma yang bertajuk "Sekolah Liar, Mengapa Tidak?".

Setelah Jogja Art + Books Fest resmi dibuka oleh Dian Laksmi Pratiwi, SS., MA. selaku Kepala Dinas Kebudayaan DIY dan telah menggelar panggung "The Sound of Poetry" yang menampilkan Christabel Annora, Iksan Skuter, serta Shaggydog, acara memasuki hari kedua pada 30 April 2023 dengan agenda yang sayang untuk dilewatkan. Agenda tersebut yakni seminar "Seni & Masyarakat", forum baca "Aliansi Monyet Putih", serta panggung "The Sound of Poetry" yang menampilkan Archiblues dan Agoni.


Seminar "Seni & Masyarakat"

dokpri
dokpri

Mengundang narasumber-narasumber yang inspiratif, seminar "Seni & Masyarakat" membahas soal bagaimana kebudayaan tidak hanya menjadi media berekspresi, tetapi juga menjadi basis nilai yang mengatur hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, serta manusia dengan Tuhan. Ignatia Nilu selaku narasumber pertama memaparkan bagaimana prosesnya membangun Monumen Antroposen sebagai ekosistem kreatif baru yang berfokus pada pengelolaan limbah plastik menjadi sebuah karya seni. Ignatia juga menyampaikan betapa ironisnya kondisi TPA Piyungan yang sebelumnya merupakan bukit yang indah, kini menjadi bukit plastik, dimana perharinya ada sekitar 800 ton sampah yang dikirimkan kesana. Ia pun membuat inovasi dari material yang ada di Piyungan dengan tetap memperjuangkan nilai ekonomi, mengingat masyarakat setempat yang menggantungkan hidupnya pada sampah.

Narasumber kedua yang tak kalah inspiratif, yaitu Wahyudi Anggoro Hadi selaku lurah Panggungharjo menyampaikan bahwa penting kiranya bagi kita untuk tidak hanya mewarisi tanah, tetapi juga mewarisi pengetahuan. Beliau juga menyampaikan bahwa untuk memperbaiki suatu masyarakat, perbaiki dulu aspek geologinya seperti sungai, tanah, dan sebagainya. Dilanjutkan dengan narasumber berikutnya yaitu komunitas Resan Gunungkidul yang merupakan komunitas pencinta pohon dan sumber air. Resan sendiri memiliki arti pohon yang menjaga air. Sehingga seusai dengan namanya, komunitas ini mengadakan kegiatan untuk menanam pohon terutama di daerah rawan bencana.

dokpri
dokpri

Seminar ditutup dengan penampilan Wayang Resan dari Bleg-Bleg Thing dengan lakon "Situganda" yang secara garis besar menceritakan adanya konflik ruang hidup antara manusia dan binatang, dimana para binatang memprotes kerusakan alam yang disebabkan oleh manusia dengan sampah-sampahnya.


Bedah buku "Aliansi Monyet Putih"

dokpri
dokpri

Agenda pada sore hari dilanjutkan dengan forum baca yang membedah buku "Aliansi Monyet Putih" karya Ramayda Akmal. Tak hanya menghadirkan sang penulis, seorang perempuan kelahiran Jerman yang kini menjadi pengajar di Universitas Sanata Dharma, Katrin Bandel, juga turut dihadirkan dalam diskusi kali ini. Buku "Aliensi Monyet Putih" merupakan kumpulan cerpen yang mengisahkan potret para pendatang di Jerman yang seringkali mendapat perlakuan berbeda dibandingkan warga lokal. Sulit rasanya untuk dapat berkompetisi secara adil karena seringkali para pendatang mendapatkan pemakluman sebab dianggap lemah dan warga kelas dua yang tidak menjadi soal apabila sesekali melakukan kesalahan.

Diskusi berjalan cukup seru dengan beberapa audiens yang melontarkan pertanyaan perihal alasan dipilihnya kata-kata "Aliansi Monyet Putih" sebagai judul, perihal identitas, diskriminasi, rasisme, hingga perihal siapa yang lebih berhak membicarakan sebuah negara. Menurut Katrin, tidak ada karya sastra yang secara konkrit dapat menghilangkan perilaku rasisme, tetapi karya sastra dapat menjadi media kritik dan basis pengetahuan yang dapat memberikan kesadaran apabila kita berada di situasi yang menempatkan kita sebagai korban perilaku rasisme. Di sisi lain, diskriminasi tidak melulu melihat orang lain lebih rendah, tetapi bisa juga lebih tinggi, sebagaimana pengalaman Katrin yang selalu dianggap "orang kaya" hanya karena ia berasal dari ras kulit putih.

Pada kesempatan tersebut Ramayda juga menceritakan pengalaman-pengalaman pribadinya mendapatkan perilaku diskriminasi. Salah satunya ketika di sebuah bank, ia menahan pintu otomotatis agar orang lain bisa masuk, lalu orang tersebut mengatakan "inilah keramahan Asia". Menurutnya hal-hal kecil dimana orang lain memperlakukan kita secara berbeda karena ras, hal tersebut sudah termasuk rasisme.


"The Sound of Poetry"

Rangkaian acara Jogja Art + Books Fest hari kedua ditutup dengan panggung "The Sound of Poetry" yang menampilkan Archiblues dan Agoni. Acara dimulai pada pukul 19.30 -- 21.00 WIB.

Panggung "The Sound of Poetry" sendiri dalam beberapa hari kedepan akan menampilkan puluhan musisi dalam skala lokal Jogja maupun nasional yang telah dipilih berdasarkan kekuataan literasi pada karya-karyanya serta kesesuaian dengan tema festival.

Masih banyak lagi agenda-agenda menarik dari Jogja Art + Books Fest yang akan terselenggara beberapa hari kedepan mulai dari seminar dan forum baca. Jangan lupa juga intip karya-karya artistik dalam pameran "Kutip Kitab" dan mampir ke bazar buku yang hanya berlangsung sampai tanggal 4 Mei 2023. Kalau kamu mau menikmati musik-musik indie dengan lirik yang puitis, bisa juga datang ke panggung "The Sound of Poetry"!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun