Setelah Menteri Pertanian menetapkan harga pangan tetap aman kepada publik. Tak ada kerisauan yang perlu ditakutkan, mengingat penyumbang inflasi tertinggi bangsa ini dipengaruhi 90 % tinggi rendahnya harga pangan, termasuk beras.Â
Peran pemerintah dalam menjaga stabilitas harga pangan dibuktikan melalui pemanfaatan 6800 sumur bor  dan 16 waduk di berbagai daerah, namun kesanggupan kita tak akan bertahan selamanya ketika musim kemarau mempengaruhi jumlah debit air, walau kemungkinan-kemungkinan besar dalam penyelesaian masalah tersebut cukup besar untuk diatasi.Â
Tapi ketika konteks nya di ganti jika melihat sumber daya manusia di sektor pangan ? inilah yang perlu dikhawatirkan.
Hasil Sensus Pertanian menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga pengguna lahan di Indonesia  telah terjadi penurunan sebesar 4.668.316 (15,35%) rumah tangga dalam satu dekade. Artinya, setiap tahun, rata-rata sejumlah 466.800 petani pengguna lahan meninggalkan profesinya. Fenomena ini tak lepas dari modernisasi dan kesejahteraan para petani yang terbilang miskin.Â
Sehingga menimbulkan presepsi di mata masyarakat, bahwa profesi petani sangat identik dengan kemiskinan, berpendidikan rendah, dan pekerjaan kasar yang tak harus dicita-citakan.
Konstruksi sosial yang telah terbangun di alam bawah sadar masyarakat, menjadi alasan kuat mengapa generasi muda lebih memilih bercita-cita menjadi Aparatur Sipil Negara daripada bertani. Generasi muda Indonesia makin banyak yang menjauhi profesi sebagai petani, bahkan di kalangan mahasiswa lulusan fakultas pertanian itu sendiri. tak adanya regenerasi di sektor pangan menandakan awal dari kemelaratan bangsa Indonesia di masa depan.
Adanya pengaruh Industrialisasi, Free Market,dan Urbanisasi menjadi alasan gairah pereknomian bangsa yang semakin manja akan investasi asing. Tak heran pertumbuhan eknomi melonjak sedemikian pesat di Pemerintahan Presiden Joko Widodo.Â
Namun pertumbuhan ini tak semata dijadikan refleksi melainkan mengingatkan kepada generasi muda bahwa peran Industrialisasi pengolahan adalah sumber perekonomian negara yang mampu menciptakan banyak lapangan pekerjaan padahal dari sisi geografis, negeri ini memiliki corak kebudayaan geografis.Â
Oleh karena itu, eksistensi petani harus tetap di jaga dengan memaksimalkan kesejahteraan mereka yang selama ini cenderung diabaikan, sehingga petani tak perlu risau dalam memenuhi kebutuhan finansialnya, dengan begitu generasi muda akan lebih tertarik berprofesi sebagai petani.
Selain kesejahteraan, memadukan pertanian konvensial plus pengenaan konsep modern seperti Pertanian rumah kaca atau Hidroponix merupakan batu lompatan dalam meningkatkan produksi pangan di masa depan. Namun kendala di bidang ini ialah perkara modal yang cukup besar, tak heran Petani harus memutarbalikkan otaknya dalam mengumpulkan modal. Meskipun koperasi petani sudah ada, hal itu belum lah cukup untuk mengembangkan model pertanian modern.
Sebaliknya pertumbuhan minat Petani terjadi di beberapa negara maju, khususnya Amerika Serikat di mana sektor pertanian dalam kurun waktu januari hingga desember 2017 berkembang demikian pesat. Berdasarkan laporan Agricultural Statistics Agency, Profesi Petani begitu seksi di kalangan anak muda. Mengingat petani muda di negeri "Paman Sam" tumbuh sekisar 20 % Â juga terdapat 68% diantaranya adalah Sarjana.Â