Dalam sejarah keilmuan, barat dan eropa sangat kaya dengan aspek metodologi , utamanya aliran naturalistis, mereka mampu mengembangkan ilmu filsafat dengan menggabungkan logika dengan suatu empiri estimologi, studi yang dipakai adalah metode yang mengarah pada ilmu alam, dan utamanya adalah ilmu fisika. Dari ilmu inilah kemudian filsafat ilmu menghasilkan ilmu terapan lainnya seperti ilmu sosial.
Semangat inovasi ini menjadi suatu Gerakan dunia barat dengan falsafinya "innovation or die" yang berarti berinovasi atau mati, tentu saja mereka semakin bersemangat untuk mengembangkan inovasi-inovasi baru, maka para ilmuan sepakat mengatakan barat merupakan sumber inspiratif dalam pengembangan metodologi keilmuan yang sangat cepat dan inovatif.
Inovasi yang sedmikian cepat dalam aspek epistemologi ini cenderung mengesampingkan aspek moral dan merusak tatanan teori tradisional metafisis dan akan mengancan filsafat moral atau agama. Akan tetapi abad ke-20 telah mengguncang materialisme fiolosofis, karena banyaknya temuan mereka yang tidak terjawab dalam ilmu pengetahuan dan bisa terjawab oleh ilmu agama.
Berangkat dari realita ini para ilmuan dan filsuf membuat suatu sintesis, alangkah indah dan kuatnya jika epistemologis barat dikolaborasikan dengan ontology timur masing-masing pihan bersinergi untuk pengembangan keilmuan dan teknologi dengan saling megedepankan prinsip humanistik.
Ternyata buku "Orientasi kearah Pemahaman Filsafat Ilmu" Â berhubungan dengan buku "Ilmu, Filsafat, dan Agama" jadi kita bisa mempelajari keduanya agar ilmu kita berhubungan. Cukup sekian pembahasan review buku orientasi ke arah pemahaman filsafat ilmu semoga bermanfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI