Mohon tunggu...
Wiwit Dwi W
Wiwit Dwi W Mohon Tunggu... -

#Studied at English Department Faculty of letters state University of Malang #Work at Kaliwatu Batu Rafting #Manage tour and travel "Pro Dolen Tour& Travel" I like adventure so much,,and i really want to be a journalst, It was my dream,and the last one, I never stop to think how become "Writer" .I believe i can find my own way without hurt anyone around me.That's it!!!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[CFBD] My Memories Bamboo and Ayah

22 Agustus 2012   07:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:28 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1345620034152855639

[CFBD] My Memories Bamboo and Ayah

Jangan pernah melupakan sejarah. That sentence always keeps tight in my mind. Mungkin aku memang tertarik ikutan acara di cengengesan family karena berbagai hal. Alasan pertama ku, aku punya satu media dimana aku bisa bebas berkarya.Meskipun I am not good enough in writing as Andrea hearata ,Djenar Maesayu, atau penlis hebat yang lain.I am really happy in this media. Satu hal yang perlu kita ingat guyz. "Life is not only just money", I said. Ok lah, terima kasih buat intermeso di atas. Coba kita perhatiin baik baik bambu kecil di atas. Buat yang tidak tahu mungkin bisa bilang. Benda ini cuma barang rongsokan yang tidak berguna. Tapi jangan salah.Rongsokan ini punya niai sejarah berharga buat hidupku. Benda ini ku simpan sebagai wujud appreciate ku buat ayah. Ternyata meskipun orang jadul tapi ayah sangat kreatif. Bambu ini sudah berusia 60 tahunan mungkin seandanya ayah ku masih hidup.Pertama kali aku temuin bammbo ini. Aku sempat berfikir, "What is it for? ". Apa menariknya benda ini buat ayah sampai di simpan rapi di lemari paling dalam. Seberharga itu kah benda ini untuk ayah simpan? Setelah usut punya usut, akupun mulai mencari informasi mengenai bambu ini. Ternyata bambu ini cukup bermanfaat. Sebagian orang mungkin sudah menganggap ini barang tidak lebih dari sampah. Lain dengan ayah yang begitu sangat meghargai nilai seni. Ayahku memang bukan seniman.Mungkin lebih dibilang cukup kreatif dalam memberdayakan barang, Gag jauh dari kata pelit juga ya mungkin,,hahaaha Waktu itu aku pun coba melihat isi dalam bamboo ini. Wow,,, isinya surat surat berharga, mulai dari akte tanah, akte kelahiran, tergulung rapi dalam bambu ini. Temen temen ingat jaman dinasti ming ga? Imajinasiku mulai berarah kesana. Dahulunya orang mongol menggunakan bamboo untuk surat menyurat. Surat perang, Pengumuman di kerajaan. Biasanya digulung rapi dalam bambu. Wih ayahku keren ya,,hikzz,,,,,zaman pun semakin maju, ayahku sudah mulai memindahkan surat surat bergarga itu dalam map. Tapi herannya bambu jelek ini belum juga dibbuang dan masih tersimpan rapi, bersama tumpukan baju. Sampai akhirnya pun aku coba memungutnya di lemari dan meminta izin ayah untuk aku simpan. Aku kira bakal mudah ,"I think it will be a piece of cake to take". Ternyata aku salah. Ayah menginterogasiku dengan berbagai pertanyaan. Ayah bilang ini benda jangan dinilai dari bentuk dan nilainya. Ayah bilang," Ini memang bukan emas atau berlian yang pantas untuk disimpan, tapi ini sejarah yang idak bisa dibeli dengan emas ataupun berlian". Ayah juga bilang, "Kamu jangan pernah menilai sesuatu sebelah mata,karena bentuk dan harganya, tapi niailah sesutu karena hal itu memang pantas untuk kau nilai". Ayah benar benar orang yang menghargai kenangan dan sejarah. Satu pelajaran yang bisa ku tangkap. Sesuatu itu akan ternilai berarti saat semuanya sudah menjadi kenangan." We should kill the time for our future life, but we can't kill memorize", I said. Ayah benar sewaktu aku tanyakan benda itu memang aku anggap sepeleh benda itu. Benda ini terasa berarti saat ayah sudah pergi, Tapi petuah ayah sudah tertulis jelas dalam bambu tak berarti ini menjadikan aku mengerti," Ayah benar". Akupun menyimpan benda ini kememanapun aku merantau aku bawa tempat ini. Tapi kali ini aku alih fungsikan bambu ini bukan untuk menyimpan surat cintaku, tapi aku gunain untuk menyimpan uang tabungan ku, biarpun cuma lembaran uang kertas dua ribuan,,,,, Begitulah cerita si bambu unik ku, daripada di buang berguna juga khan. Siapa tahu juga aku bisa beli mobil dari hasil tabunganku di bmbu ini,hahaha. Kejauhan ya mimpinya???

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun