Beragam corak dan warna, dari yang polos sampai belang menutupi seluruh wujudnya. Dari harga ribuan sampai jutaan tertulis di banderol harga yang menggantung atau tertempel padanya. Dari model yang di jepit atau slobokan menjadi ragam bentuknya. Sandal, ya itulah yang sedang kita bicarakan saat ini.
Membahas mengenai sandal mungkin adalah hal sepele. Tetapi jangan dikira karena kesepeleannya itu bisa jadi ia adalah hal yang sangat sangat penting.Begitu pentingnya sampai sampai setiap rumah pasti mempunyai sandal atau terdapat sandal, malah setiap individu. Dari yang masih oek-oek sampai kakek-nenek punya sendiri sendiri, bahkan lebih dari satu.
Begitu pentingnya sandal dalam kehidupan kita, sampai sampai ia pernah membawa kabar bagi pemiliknya sebuah berita yang di inginkan setiap orang yang hidup didunia ini. ‘Aku mendengar suara terompah Bilal di surga’, begitu Rasulullah SAW mengabarkan. Ya…, terompah alias sandal telah menjadi tanda dan memberi kabar bagi pemiliknya yang sholeh dan takwa luar biasa tentang tempat kembali nanti yang di inginkan seluruh manusia.
Mengenai sandal sendiri, pernahkah kita menatap dengan seksama dan merenungkannya?. Kalau belum, mari kita lakukan. Maka dari perenungan itu mungkin akan kita dapati beberapa hal yang dapat jadi pelajaran bagi kita. Antara lain sebagai berikut.
Pertama, sandal sejatinya merupakan pasangan paling romantis. Kalau selama ini kita mendengar gombalan antara satu menjadi amplop satu menjadi perangko, atau satu menjadi bunga dan satu menjadi kumbang. Maka hal itu sangat jauh bila dibandingkan dengan keromantissan sandal. Bagai mana tidak, amplop masih berguna tanpa perangko, atau bunga masih bisa melakukan penyerbukan tanpa kumbang. Artinya salah satu hilang maka yang satu tetap akan melanjutkan perannya dan tetap berguna. Sekarang coba sandal, hilang satu bagaimana? Maka yang satunya akan tidak berguna, tidak bermanfaat. Ia akan hilang fungsinya terbawa oleh pasangannya yang hilang. Maka bolehlah mulai sekarang kalau mau menggombal menggunakan sandal. Karena ia bisa menjadi simbol keromantisan hubungan berpasangan.
Kedua, ia sadar diri dengan posisinya. Walaupun ia mahal selangit, ia tetap sejajar dengan yang murah selembah. Ia tetap berada dibawah sejajar dengan yang lainnya. Kadang ia mendapat perlakuan khusus karena aspek harganya, tetapi ketika aspek kemanfaatan yang berbicara, maka kedudukannya akan sama. Apa ada sekarang karena sandalnya mahal maka orang itu memakai sandalnya di kepala?
Ketiga, ia merupakan pejuang di balik layar. Keikhlasan dan kerelaanya tiada tertandingi. Ia rela diinjak dan dijepit. Ia rela berbecek becek, masuk kedalam lumpur, menghujam kotoran atau bahkan tertusuk duri atau paku tajam. Asalkan kaki selamat, asalkan pemiliknya selamat, maka ia menjadi pahlawan, pahlawan yang siap terlupakan. Ia selalu mendukung kesuksesan tetapi ia terabaikan, tidak diingat perannya.
Itulah tiga pelajaran yang terdapat dari sandal buah perenungan saya, bagaimana dengan anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H