“ The ability to delay immediate gratification for the sake of future consequences is an acquirable cognitive skill.”
– Walter Mischel, The Marshmallow Test: Understanding Self-control and How To Master It –
Ketika Menyontek dianggap Hal Sepele
Pendidikan adalah salah satu dari banyaknya kebutuhan penting yang sangat perlu dimiliki semua individu yang juga sangat dibutuhkan dalam masyarakat untuk mencapai kemakmuran.
Pendidikan formal yang diterima memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas dari sumber daya manusia. Pembelajaran, merupakan salah satu dari contoh faktor yang dapat meningkatkan mutu pendidikan dan merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan pembelajaran dengan mengikuti ujian yang dilakukan oleh peserta didik sebagai individu bersangkutan.
Kurangnya rasa percaya diri di kalangan siswa dan besarnya tuntutan yang diberikan oleh orangtua ataupun dari lingkungan di sekitarnya padaindividu yang termotivasi untuk mencapai hasil yang memuaskan tanpa cepat mempelajari hal-hal yang sulit,yaitu melalui menyontek.
Mencontek adalah tindakan meniru dan menjiplak hasil atau jawaban orang lain dengan harapan dapat memaksimalkan hasil untuk menghindari kegagalan.
Mencontek itu jelas hal yang negatif. Perilaku tidak baik ini seringkali dilakukan oleh segelintir peserta didik yang bertekad untuk mendapatkan hasil nilai yang bagus tanpa harusbersusah payah usaha untuk memahami dan mempelajari materi yang diberikan oleh guru atau tenaga pendidik.
Dari ketidak-jujuran sederhana seperti melihat jawaban teman saat ujian hingga metodecanggih seperti membuat ringkasan makalah dan lelucon, menyontek selalu menarik perhatianmasyarakat umum, diri sendiri dan orang lain.
Penipuan adalah fenomena umum dalam pendidikan, tetapi belum dipelajari oleh para profesional pendidikan. Ini mungkin tampak sepele, tetapi ini adalah kasus paling mendasar yang dapat memengaruhi perilaku dan kebiasaan manusia di masa depan.
Fenomena fraud yang terjadi pada semua individu menunjukkan bahwa benar adanya pengaruh terhadap beberapa faktor, termasuk secara internal ataupun eksternal.
Faktor-faktor tersebut termasuk 1) faktor personal atau pribadi dari dalam, 2) faktor dari guru, guru atau resensi, 3) faktor dari orang tua, 4) dari sistem pendidikan pengelola. Keputusan moral (moral decision)dan motivasi berprestasi/takut gagal merupakan alasan esensial bagi seseorang untuk “menipu” (Putri, 2016).