Liga 1 2018 telah berakhir dengan hasil-hasil tak terduga pekan terakhir yang selain menghasilkan Persija sebagai juara juga memunculkan pertanyaan-pertanyaan atas kejanggalan khususnya di papan bawah. Persipura Jayapura seakan 'menolong' saudara sesama Papua dengan kalah di kandang sendiri dari Perseru Serui, selain itu Borneo FC yang performanya menanjak di putaran ke dua, juga takluk di kandang dari PS TIRA.Â
Baik Perseru dan PS Tira yang tadinya terancam turun kasta bisa tertawa bahagia di akhir laga karena dengan hasil itu, Mitra kukar yang kalah dari sang juara dan Sriwijaya FC yang kalah dari Arema yang harus terjun ke liga 2 menemani PSMS Medan.
Turun kastanya Sriwijaya FC dan Mitra Kukar dari Liga 1 cukup mengejutkan mengingat selama ini kedua klub tersebut dikenal sebagai klub dengan manajemen profesional dan kaya, pada awal musim saja Sriwijaya mengumpulkan bintang seperti Beto, Vizcarra, Makan Konate, Adam Alis, Hamka Hamzah, Alfin Tuasalamony, hingga pemain yang pernah meraih bola emas di Piala AFC Manuchekhr Dzhalilov, dan pemain lainnya yang berlabel timnas.Â
Begitu pula Mitra Kukar yang mendatangkan alumni Premier League Danny Guthrie, pemain Spanyol yang sebelumnya sukses di Filipina Fernando Rodriguez, selain masih ada Septian David Maulana, Bayu Pradana, Arif Suyono, Hendra Bayauw, dan lainnya. Sebagai tim promosi pada awal musim pun PSMS juga cukup menjanjikan dengan mampu melaju hingga semifinal Piala Presiden 2018.
Semua berubah menjelang pertengahan musim, cukup konyol bagi bagi Sriwijaya FC , peristiwa politik gagalnya Presiden Sriwijaya FC Dodi Reza dalam Pilkada Sumsel bisa merembet ke tim, eksodus pemain bintang terjadi hingga sang pelatih Rahmad Darmawan pun juga meninggakan tim, menyeberang ke Mitra Kukar menggantika Rafael Berges yang dianggap belum berhasil mengangkat performa tim. Ironisnya dua tim yang dilatih coach RD tahun ini terdegradasi semua.
Meski ditinggalkan beberapa pemain bintangnya sebenarnya Sriwijaya FC masih cukup kuat, mereka masih punya Beto, dan Vizcarra (yang status keduanya sudah WNI), Zulfiandi dan Dzhalilov juga masih setia.Â
Begitu pula dengan Mitra Kukar, skuad mereka sebenarnya memiliki potensi untuk bersaing di papan atas. Ada banyak faktor yang mungkin bisa membuat mereka terjun ke liga 2, baik secara eksternal maupun internal. Tapi saya di sini ingin menyoroti adanya peran federasi PSSI yang ikut mendorong Mitra Kukar dan Sriwijaya FC ke jurang degradasi. Padahal, seharusnya PSSI bertindak adil dalam kebijakannya namun beberapa kebijakannya menurut saya membuat klub merasakan getahnya.
Kebijakan pemanggilan pemain untuk timnas (baik U-19, U-23, maupun senior) dan kegagalan PSSI menyingkronkan jadwal liga dan timnas  adalah faktor yang mendukung turunnya performa Sriwijaya FC dan Mitra Kukar hingga merasakan pahitnya degradasi. Kita tahu tahun ini PSSI banyak menghadapi turnamen internasional untuk timnas, uniknya dalam beberapa kali  persiapan dan turnamen serta ujicoba, liga tetap berjalan meskipun beberapa klub pemainnya diambil untuk tim nasional.Â
Contohnya Sriwijaya FC harus kehilangan Beto, Vizcarra, Zulfiandi saat persiapan Piala AFF menghadapi Myanmar, ditambah Shyahrian Abimanyu dan Samuel Christianson yang memperkuat timnas U-19, saat situasi sedang genting-gentingnya di menuju akhir musim dan mereka masih terancam degradasi pun berbarengan dengan piala AFF. Begitu pula dengan Mitra Kukar yang ditinggal pemain inti Septian David Maulana dan Bayu Pradana yang 'dipaksa' ke timnas.Â
Adalah hal yang aneh di hari yang sama pemain nasional berjuang di timnas, klub mereka juga tengah berjuang menghindari zona degradasi. Secara psikologis kita harusnya bisa memahami pertentangan batin pemain-pemain tersebut, karena bagaimanapun klub yang menghidupi mereka, bukan PSSI. Bisa jadi saat mereka bermain di timnas, mereka menjadi tidak fokus dan bermain tidak maksimal. Mereka bukan pujangga prajurit yang didoktrin taat pada komandan Edy apapun yang terjadi.
Karena kegagalan manajemen PSSI dalam mengatur timanas dan liga itulah dampaknya terasa pada penurunan performa tim nasional. Dan Sriwijaya FC dan Mitra Kukar sebagai klub di zona merah yang pemainnya banyak diambil timas yang paling dirugikan, inilah peran nyata PSSI dalam mendegradasikan mereka.Â