Mohon tunggu...
Anas Apriyadi
Anas Apriyadi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Hanya karyawan swasta yang suka baca. ~menulis menyehatkan jiwa~

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Harapan dan Keraguan Saya Terhadap Tim 9

3 Januari 2015   16:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:54 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Menpora Imam Nahrawi kemarin (2/1/15) telah mengumumkan nama-nama anggota tim 9 yang dimaksudkan untuk melakukan evaluasi terhadap PSSI dan persepakbolaan nasional, sebagai jawaban atas tuntutan berbagai elemen masyarakat yang tidak puas atas kinerja PSSI dan meminta pemerintah untuk turun tangan.

Nama-nama tim 9 tersebut diantaranya: (eh, saya penasaran kenapa menpora memilih tim 9 bukan tim 11 atau tim 10 gitu, jangan-jangan karena partainya PKB punya lambang bintang 9 hehe -.-)


  1. Imam B. Prasojo (Sosiolog)
  2. Budiarto Shambazy (Jurnalis senior)
  3. Ricky Yakobi (mantan pemain nasional)
  4. Nur Hasan (akademisi)
  5. Joko Susilo (mantan Dubes Indonesia untuk Swiss )
  6. Yunus Husein (mantan ketua PPATK)
  7. Eko Tjiptadi (mantan deputi pencegahan KPK )
  8. Oegroseno (mantan Wakapolri ) dan
  9. Gatot Dewa Broto (Deputi Bidang V Bidang Harmonisasi dan Kemitraan Kemenpora)

Dari nama-nama yang disebutkan muncul harapan saya tim  9 ini akan mampu menemukan fakta akan teori konspirasi yang selama ini beredar. Hadirnya mantan tokoh KPK, PPATK, dan kepolisian harusnya tidak sulit untuk membongkar kebenaran adanya mafia di PSSI, jika itu benar-benar ada. Selama ini anggapan PSSI dikuasai mafia sudah beredar dengan opini-opini yang disebarkan melalui social-media saja, belum ada bukti konkrit yang bisa membuktikan. Jika benar ada bukti konkrit yang ditemukan, bukan tidak mungkin PSSI bisa dibersihkan dari orang-orang yang selama ini dianggap mafia dengan tuduhan kriminal, dan itu sah, tidak melanggar statuta FIFA.

Harapan saya yang lain, adanya akademisi, sosiolog, dan pengamat dalam tim ini mampu mengungkap kebobrokan manajemen organisasi PSSI yang masih kuno, tidak menggunakan manajemen yang modern. Bayangkan, rangkap jabatan yang akut, rawan manipulasi kepentingan, dan tidak sesuai kemampuan, sekjen PSSI merangkap CEO PT Liga, Wakil Ketua PSSI merangkap BTN, exco yang merangkap lebih dari satu ketua bidang, pemilik klub merangkap exco. Dilihat dari segi apapun, ini manajemen yang kacau. Tentu saja tim 9 hanya bisa mengungkap fakta kesalahan manajemen ini yang mempengaruhi prestasi sepakbola nasional kepada voters, dan melakukan lobi-lobi politik kepada voters, karena perubahan ini tentu harus voters yang melakukan.

Dibalik harapan-harapan itu, saya juga memiliki keraguan terhadap tim 9 ini, apalagi setelah melihat tugas tim 9 yang digariskan kemenpora:


  1. Standarisasi kompetensi dan pengelolaan organisasi persepak bolaan dan penyelenggaraan kompetisi sepak bola nasional
  2. Kualitas pengembangan sepak bola nasional, termasuk pembinaan usia dini
  3. Grand design rencana pengembangan persepakbolaan nasional
  4. Tugas lainnya yang menjadi kewenangan pemerintah sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan.

Dengan nama-nama seperti yang tersebut di atas dan tujuan-tujuan yang lebih ke arah teknis sepakbola pantas saja ada keraguan. Memang kalau dibandingkan dengan La Nyalla saya lebih memilih 9 orang di atas untuk mengurusi hal di atas. Namun dengan tujuan seperti di atas dibutuhkan orang yang benar-benar mendalami teori, praktik, dan manajemen sepakbola modern. Bagi saya sosok profesional yang dipekerjakan PSSI yaitu Dirtek Player Development asal Belanda Pieter Huistra lebih tepat berbicara soal tugas di atas daripada 9 nama tersebut.

Masalah teknis sepakbola harusnya tidak diselesaikan dengan cara-cara politis, saya cukup meragukan pemahaman menpora atas hal-hal teknis sepakbola, beliau pernah bilang yakin Persib bisa juara Liga Champions Asia, terakhir komentar beliau kemarin menanggapi tugas tim 9: "Jika hasil evaluasi tim sembilan menyatakan bahwa bola yang digunakan di Indonesia terlalu besar, maka Kemenpora akan membuatnya menjadi kecil," Sangat lucu kan, padahal bola yang digunakan untuk sepakbola sudah diatur ukurannya oleh FIFA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun