Mohon tunggu...
Aprio Rabadi
Aprio Rabadi Mohon Tunggu... profesional -

Red Institute

Selanjutnya

Tutup

Politik

Identitas

13 Juni 2014   06:13 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:57 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Negara (state) adalah sebuah identitas yang pada zaman sekarang begitu semakin tidak jelas. Hal ini dimungkinkan karena negara dalam arti sebenarnya menjadi bagian yang lama kelamaan akan semakin punah. Nasionalsme pun hanya dapat kita temui dalam menonton pertandingan sepak bola sorak sorai penonton riuh rendah memenuhi stadion yang telah menjadi bagin dari masing-masing jiwa, tanpa terkoptasi oleh pendirian sebuah mekanisme sejarah. Sebuah dinamika yang unik dilihat dalam kacamata ekonomi politik yang tengah mendominas dan menjadi arus besar dari peradaban dunia kapitalisme.

Globalisasi mungkin menjadi bagian tersendiri dalam mekanisme sejarah, dia adalha sesuatu yang begitu ambigu namun dipercayai banyak orang sbagai sebuah jalan menuju kesejahtraan. Tanpa mengikutinya maka akan terkucilkan, akan dibenci dan dianggap sebagai bagain dari poros setan bergabung dengan, kuba, iran, venezuela, bolivia dan korut. Sebuah keniscayan ketika pada zaman ini negara tidak lagi menjadi identitas murni yang mempunyai kepribadian untuk menjalankan kepentingan nasional.

Dalam konteks matrealisme historis kaum Marxis ini tentunya bukan sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba, tapi memang sebuah keharus dalam dialektika perjalanan umat manusia. Kejadian hari ini bukan sesuatu yang hadir begitu saja, namun ada sebuah rekayasa sosial yang dilakukan oleh kaum bojuis internasional untuk mengakumulasi modal tanpa harus melewati jalan perang. Sebuah jalan harus segera diambil untuk memperbaiki manusi yang telah tertawan oleh sebuah sistim yang mengharuskan menindas manusia lainnya untuk bisa survive, sebuah zaman yang tidak jauh berbeda ketika Julius Cesar masih menjadi kaisar di Romawi.

Zaman tidak lagi berpihak pada menusia seutuhnya, sebuah zaman yang telah melenceng dari apa yang digariskan oleh para nenek moyangnya, sekelompok manusia telah menjadi hamba dari keserakahan dirinya sendiri.

Memanusiakan manusi ditengah arus pasang ini tentu bukanlah sebuah pekerjaan yang semudah membalikan telapak tangan, perjuangan kelas seperti yang dikemukakan Marx adalah salah satu pilihan, atau mencobanya dengan mulai diri sendiri dengan membeci kapitalisme dan bedakwah bagaimana jahatnya kapitalisme.

Negara kembali tanpa identitas, dia hanya bisa dikenal lewat simbol-simbol seperti bendera, lagu kebangsaan, serta lambang. Sebagaimana zaman dulu kala ketika manusia memilih jalan perang untuk bisa bertahan hidup, maka hari ini setiap manusia akan memilih jalan itu pula untuk melepaskan hawa nafsunya akan sesuatu hal. Ideologi, agama, suku, ras, meupakan sebuah pembentuk identitas akan manusia. Begitu juga negara. Terserah mau pilih yang mana..............

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun