Diabetes mellitus dapat dipicu oleh kurangnya aktivitas fisik dan pola makan yang kurang tepat. Salah satu pola makan yang seringkali diterapkan masyarakat Indonesia saat ini adalah konsumsi makanan yang mudah dan cepat, baik dalam pengolahan maupun penyajiannya. Makanan instan menjadi alternatif makanan yang dikembangkan. Namun sebagian besar makanan instan yang beredar merupakan produk tinggi gula, tinggi garam, berindeks glikemik tinggi, rendah gizi, dan mengandung BTP (bahan tambahan pangan) berbahaya yang meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes dan kegemukan.
Berangkat dari kondisi ini, tim dosen dari Universitas Negeri Malang yang terdiri dari Aprinia Dian Nurhayati, S.Gz., M.Si; Arindra Nirbaya, S.Gz., M.Si; Cassandra Permata Nusa, S.Gz., M.Si; Dr. Ir. Soenar Soekopitojo, M.Si; dr. Anindya Hapsari, M.Kes dengan berkolaborasi bersama Dody Dwi Handoko, STP., M.Si., PhD Â dari Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Padi (BB Padi) mengembangkan produk makanan instan dari beras hitam varietas lokal. Beras hitam lokal yang digunakan berasal dari varietas Cempo Ireng. Nasi hitam instan dikembangkan melalui serangkaian proses mulai dari pencucian beras, perendaman, pemasakan, pendinginan, hingga pengeringan.Â
Pengembangan produk nasi hitam instan ini telah melalui serangkaian pengujian yaitu pengujian mutu fisik, kandungan gizi, daya terima oleh panelis, hingga pengujian indeks glikemik.
Keberhasilan pengembangan produk nasi hitam instan yang aman dikonsumsi diabetesi ini diharapkan menjadi solusi bagi masyarakat yang ingin tetap sehat meski mengonsumsi makanan instan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H