Traveling dengan membawa anak pastinya jauh berbeda. Ketika masih single ataupun sudah menikah tapi belum hamil anak pertama, dengan modal nekad menjadi backpacker jadilah. Yang penting nyampe tujuan, perkara nginep makan dan lain-lain bisa diatur nantilah.
Hal yang berbeda saya rasakan ketika traveling dengan membawa anak. Sebagai orang tua tentunya harus bijaksana dalam perencanaan traveling. Kalau masih single dulu paradigma traveling adalah untuk “aku” . Nah sekarang menjadi traveling untuk “keluargaku”.
Jika waktu single, jalan kaki berkilo-kilo untuk traveling di jalanin. Nah, setelah anak lahir, jarak mulai dipikirkan. Waktu anak belum bisa jalan atau masih di baby trolley, jalan kaki jarak jauh hampir tidak bisa dilakukan. Waktu itu mikirnya adalah bagaimana anak nyaman di troller, kemudian kendaraan apa saja yang dinaiki dari satu tempat ketempat lain. Ketika jalan kaki di tempat wisata harus dihitung pula kira-kira jam berapa nyampainya. Sehingga pas sampai di tempat wisata anak-anak bisa merasa nyaman.
Berinjak ke anak sudah bisa jalan dan sampai usia lima tahun, untuk pemilihan tujuan wisata pun harus bijaksana. Sekalilagi ini bukan tentang aku, tapi tentang keluargaku. Bukan foto selfie yang penting, tapi keintiman dan kenyaman keluarga dalam bertaveling menjadi hal lebih penting.
Beruntung, kami bukan penggemar selfie dan posting foto di media sosial ketika traveling. Kami berfikir tidak perlu orang lain di media sosial tahu keluarga kami pernah pergi kemana saja. Mungkin yang tahu hanya tetangga kanan-kiri ketika pamit dan nitip rumah.
Mungkin yang kadang-kadang agak susah ngeremnya adalah saat ke destinasi kuliner. Sudah beberapa kali traveling saat anak usia di bawah 5 tahun, saya melupakan “nanti disana anakku makan apa?”. Selalu menyesal saat lidah orang tuanya terpusakan, anakku gak bisa makan menu yang ada disitu.
Nah, sekarang sebagai orang tua, kami merasa beruntung dibandingkan orang tua kami dulu ketika merencanakan piknik keluarga. Dengan adanya media online traveing terasa sekali traveling sekarang lebih mudah.
Ada bebrapa pengalaman, bijak dan berhati dalam membandingkan setiap media online traveling. Kadang terlihat murah penawaranya, tapi ternyata penawaranya itu tidak termasuk pajak. Nominal ketika keluar ketika melakukan pemesanan dan pembayaran.
Juga dilihat, apakah pemesanan bisa dibatalkan, sukur-sukur jika pembatalan dan refund gratis. Terkadang sudah mendekati waktu traveling, ternyata tiba-tiba anak sakit dan dokter menasehati anak harus bed rest. Pastinya sebagai orang tua lebih memilih membatalkan traveling.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H