Mohon tunggu...
Aprinavan Nurcahyo
Aprinavan Nurcahyo Mohon Tunggu... -

Penjual Bubur Ayam yang tertarik dengan masalah energi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Monumen Nisan di Sekolah: Sudah Siapkah Pertanggungjawaban Hidup Sesudah Kematian?

2 Agustus 2016   14:53 Diperbarui: 2 Agustus 2016   15:11 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun ajaran baru tiap tahunnya selalu diwarnai keceriaan baik oleh orang tua dan siwanya. Namun bagi orang tua yang mungkin anaknya bersekolah di sekolah-sekolah yang identik atau sering disebut biang tawuran pelajar, pastilah ada sebersit ketakutan sendiri. Ketakutan jika nanti anak-anak mereka terjerumus pada kenakalan-kenakalan yang di lakukan oleh kakak kelas mereka. Fakta adanya regenerasi geng-geng pelajar di sekolah tidak bisa di pungkiri.

Kebetulan juga saya bukan orang psikologi. Namun beberapa hari belakangan selalu bertemu dengan beberapa keluarga yang ditinggal mati oleh sanak familinya.

Gagasan ini terlintas saat saya berada di kuburan. Kematian itu pantas terjadi pada setiap lapisan umur dan golongan. Namun ada hal yang selalu saya renungkan sudahkan siap dengan kematian dan hidup sesudah kematian.

Setiap agama mengajarkan bahwa percaya dan mengikuti perintah-Nya, setiap pemeluknya di jamin masuk sorga. Bahkan jika melakukan kesalahan yang berhubungan dengan Tuhan dan manusia bertobat pastilah Tuhan mengampuninya. Namun apakah Tuhan akan mengijikan umatnya masuk surga jika selama hidupnya pernah melakukan sengaja kesalahan yang menyakiti manusia-manusia  lain dan belum bertobat dan meminta maaf kepada manusia-manusia lain tersebut?

Hal ini pastilah juga sudah di ajarkan di sekolah dasar. Namun ketika mereka remaja, kenapa sebagian dari mereka terjebak dalam kenakalan remaja yang meresahkan serta merugikan orang lain dan bahkan masuk dalam kategori kriminal? Patut dipertanyakan pula. Apakah mereka juga masih ingat akan tanggung jawab hidup di dunia sesudah kematian?

Dari sini saya mempunyai ide. Mungkin dengan menaruh sebuah nisan kosong di sekolah dan dengan bahasa sederhana dapat sedikit mengerem kenakalan remaja di sekolah. Fungsi dan penampakannya seperti monumen, sehingga kesan angker dan seram tidak nampak.

Nisan tersebut diletakan di area dimana siwa setiap hari bisa melihatnya. Seperti area gerbang, halaman atau jalan masuk menuju ruangan sekolah. Fungsinya sederhana yaitu mengingat kematian dan pertanggung jawaban hidup selama di dunia.

Jadi ketika siswa memulai harinya disekolah dan ada niatan untuk melakukan kenakalan remaja setelah pulang sekolah, ketika melihat nisan itu, niatan tersebut bisa sedikit terrem dan terkendali.

Pada monumen nisan itu cukup di tulis bahasa sederhana, seperti “ Sudah siapkah pertanggungjawaban hidup sesudah kematian?”

Semoga ide ini bisa bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun