Mohon tunggu...
Aprina Damayanti
Aprina Damayanti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Membaca, Traveling,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kelangkaan Gas LPG 3 Kg: Mengapa Ini Terjadi dan Siapa yang Paling Terdampak?

10 Juni 2024   19:30 Diperbarui: 10 Juni 2024   20:22 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelangkaan gas LPG  3 kg di berbagai daerah di indonseia telah menimbulkan  keserakahan dikalangan bagi masyarakat. Tabung gas yang bersubsidi ini merupakan kebutuhan vital bagi seluruh rumah tangga yang berpenghasilan rendah. Namun dalam beberapa bulan terakhir ini, ketersedian gas LPG 3kg menjadi semakin sulit ditemukan. Mengapa kelangkaan ini terjadi dan siapa yang paling terdampak?

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kelangkaan gas LPG  3 kg. Pertama, distribusi yang tidak merata dan sering kali menjadi penyebab utama. Sistem distribusi yang belum optimal menyebabkan gas LPG tidak sampai ke daerah-daerah yang membutuhkan tepat waktu. Kedua, adanya praktik penimbunan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab yang justru malah memanfaatkan situasi untuk mendapatkan keuntungan  lebih. Ketiga, peningkatan permintaan yang tidak diimbangi dengan suplai yanag cukup, terutama menjelang hari-hari besar atau musim tertentu.

Selain itu, ketidakefesiensienan dalam penyaluran subsidi juga turut dalam memperburuk keadaan. Subsidi yang seharusnyaa ditunjukan bagi masyarakat miskin sering kali tidak tepat sasaran. Banyaknya konsumen yang termasuk ke dalam golongan menengah ke atas yang juga menggunakan LPG bersubsidi yang mengakibatkan kelangkaan bagi mereka yang benar-benar membutuhkan.

kelangkaan gas LPG 3 kg paling dirasakan oleh rumah tangga yang berpenghasilan rendah. Mereka adalah konsumen utama gas LPG bersubsidi yang mengandalkan bahan bakar ini untuk kebutuhan memasak sehari-hari. Ketika gas LPG 3 kg sulit ditemukan, mereka terpaksa membeli gas non-subsidi yang harganya jauh lebih mahal atau mereka beralih ke bahan bakar lain yang kurang efisien dan tidak ramah lingkungan seperti kayu bakar.

Perdagangan kecil yang bergantung pada gas LPG 3 kg untuk usaha mereka juga sangat berdampak. Warung makan, pedagang kaki lima, dan pelaku usaha mikro lainnya harus menanggung biaya operasional yang lebih tinggi, yang pada akhirnya dapat mengurangi pendapatan mereka atau memaksa  mereka untuk menaikkan harga jual kepada konsumen.

Untuk mengatasi kelangkaan ini, diperlukan langkah-langkah dan strategi yang komprehensif. Pertama, perlu adanya perbaikan dalam sistem  distribusi untuk  memastikan gas LPG 3 kg dapat tersampaikan ke semua daerah dengan merata dan tepat waktu. Kedua, adanya pengawasan yang lebih ketat terhadap penyaluran subsidi untuk dapat memastikan bahwa subsidi benar-benar diterima oleh mereka yang membutuhkan. 

Pemerintah juga perlu meningkatkan sosialisasi mengenai penggunaan gas LPG bersubsidi agar masyarakat yang mampu tidak menggunakannya. Penegakan hukum terhadap praktik  penimbunan dan  penyalahgunaan distribusi juga harus ditingkatkan. Selain itu, ada baiknya mempertimbangkan diversifikasi sumber energi untuk mengurangi ketergantungan pada gas LPG. Pengembangan dan promosi penggunaan energi terbarukan seperti biogas atau kompor listrik bisa menjadi alternatif yang lebih berkelanjutan untuk jangka panjang.

Kelangkaan gas LPG  3kg adalah masalah serius  yang mempengaruhi kesejahteraan seluruh  rumah tangga yang berpenghasilan rendah dan pelaku usaha kecil. Penyebabnya beragam mulai dari distribusi yang tidak merata  hingga penyaluran subsidi yang tidak tepat sasaran. Oleh karena itu, solusi yang dibutuhkan  harus menyeluruh dan melibatkan berbagai pihak mulai dari pemerintah, distributor, hingga masyarakat itu sendiri. Hanya dengan itu kelangkaan ini dapat diatasi dan kebutuhan rumah tangga dapat terpenuhi dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun