Politik adalah kelompok ilmu yang mempelajari tingkah laku aktor untuk mengintervensi kekuasaan, baik untuk meraih, mempertahankan atau hingga meledakkan kekuasaan.
Akibatnya, kategorisasi ranah jadi muncul dengan sendirinya. Ranah ‘menguasai’ tiba-tiba muncul dan terpisah dari ranah ‘yang dikuasai’. Akibatnya lagi, jadi muncul polarisasi aktor.
Yaitu aktor-aktor yang lantas berkepentingan untuk menguasai di satu sisi dan memposisikan diri untuk dikuasai di sisi lainnya. Sehingga alih-alih berhadap-hadapan secara seimbang, mereka justru jadi terlibat dalam relasi kuasa-menguasai yang hierarkis.
Politik lantas perlu dimaknai dalam spektrum yang lebih luas. Mulai dari yang berbasis formal seperti urusan-urusan pemerintahan hingga yang berbasis abstrak seperti kontestasi ideologi.
Perbedaan spektrum tersebut lantas menghasilkan jenis aktor yang berbeda untuk dianalisis. Tulisan ini lantas membatasi diri dengan hanya menyajikan deskripsi atas aktor-aktor politik berdasarkan ranah formalnya.
Masyarakat dan Negara
Di ranah pertama, terdapat penguasa yang personifikasinya lantas merujuk pada negara. Negaralah yang lantas, bukan hanya memiliki, melainkan juga sah menurut aturan perundangan untuk memaksimalkan penggunaan resources.
Begitu berkuasanya negara, bahkan sampai diizinkan untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi pendisiplinan atas pihak yang ia kuasai. Tentu, jika syarat dan ketentuan terpenuhi.
masyarakat. Masyarakatlah yang lantas harus menjalankan keseharian kehidupan di bawah nilai-nilai yang sedemikian rupa telah ditanamkan oleh negara.
Adapun di ranah kedua, yang dikuasai, personifikasinya lantas merujuk padaMemang, dalam beberapa variasi pengertian kekuasaan, disebutkan bahwa masyarakat adalah “penguasa yang sesungguhnya”. Anggapan tersebut tentu tidak salah.
Namun demikian, sekali lagi, tulisan ini berusaha untuk disiplin menjaga topiknya di ranah formal terlebih dulu. Belum sampai di ranah substantif sebagaimana diasumsikan tersebut.