Mohon tunggu...
April Fatmasari
April Fatmasari Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger, praktisi read aloud

Seorang blogger yang tertarik dengan literasi, parenting. Memaknai kehidupan melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Sebelum Bahasa Indonesia Diakui Bangsa Lain

25 September 2012   15:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:42 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa merupakan alat pemersatu suatu bangsa, terutama bangsa Indonesia yang memiliki banyak suku sehingga memiliki banyak bahasa dan budaya. Solusinya adalah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Masihkah kita ingat bahwa bahasa merupakan salah satu poin yang diangkat saat Sumpah Pemuda 1948? Atau masih ingatkah isi Sumpah Pemuda? Poin ketiga dari sumpah pemuda adalah bahasa. Sebegitu pentingkah hingga para pemuda pada zaman itu membuat suatu sumpah untuk meyakinkan rakyat Indonesia?

Karena suatu bangsa tanpa mempunyai bahasa nasional, kurang dapat mewujudkan rasa kesatuan akan bangsa itu sendiri. Peran bahasa Indonesia terhadap bangsa ini adalah sebagai akar budaya bangsa. Bangsa yang utuh terdiri dari berbagai suku daerah. Jika setiap orang hanya bangga dengan kesenian masing-masing daerah, tentu saja kesatuan itu akan meregang.

Negara maju cukup menjadi kiblat dalam segala hal bagi negara berkembang seperti Indonesia, mulai dari food, fashion, film hingga festival culture. Budaya Indonesia yang semakin terkikis menjadi pukulan telak bagi kita di saat negara lain mulai mengakui bahwa budaya yang kita miliki berasal dari negara mereka. Pepatah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali memang patut diucapkan saat kita bertindak melestarikan ketika mereka mulai membuat kekacauan prinsip nasionalisme kita.

Globalisasi membawa dampak yang cukup memilukan bahwa bahasa negara sendiri dianggap kuno dibandingkan bahasa negara lain. Padahal jika kita melihat dari sisi yang lain, di berbagai negara banyak orang yang sangat berusaha belajar bahasa Indonesia karena penggunaannya mudah. Kita tidak mengetahui landasan apa yang digunakan warga negara tersebut untuk mempelajari bahasa nasional kita, bahasa Indonesia. Apakah mereka mempunyai kepentingan bisnis, politik, pendidikan dan lain sebagainya? Terlepas dari itu semua, seberapa tinggi rasa bangga kita terhadap budaya nasional yaitu bahasa Indonesia? Apakah rela jika orang yang menggunakan bahasa Indonesia dikatakan kuno? Dalam bidang pendidikan pun, bahasa Indonesia dikatakan lebih sulit dibandingkan dengan bahasa Inggris. Sebegitu parahnya, kebanggaan bangsa Indonesia terhadap bahasanya sendiri.

Bahasa Inggris, Mandarin, Jepang, Prancis dan negara maju lainnya memang penting kita pelajari namun jangan sampai kita melupakan pepatah yang mengatakan, “jangan menjadi kacang yang lupa kulitnya.”

Eksistensi bahasa Indonesia akan tetap ada jika dalam diri kita sendiri masih tertanam rasa bangga yang menjalar ke orang-orang di sekitar kita. Mari kita gunakan media elektronik yang sedang berkembang saat ini bahwa sastra Indonesia cukup membuat bangsanya sendiri bangga. Mari kita manfaatkan bulan bahasa ini untuk menularkan kepada yang lain bahwa kita harus bangga dan mempertahankan bahasa ibu pertiwi sebelum diakui bangsa lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun