Apakah saya bisa lulus tepat waktu? Kapan saya mendapatkan pekerjaan yang layak? Bisakah saya memiliki kehidupan yang stabil dan bahagia? Apakah saya akan mempunyai hubungan yang baik dengan pasangan saya? Kenapa proses hidup saya lebih lambat dibandingkan dengan teman-teman saya? Apakah keputusan yang saya ambil ini sudah tepat untuk masa depan saya? Apa sih sebenarnya tujuan hidup saya selama ini?
Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan beberapa hal dari sekian banyak pertanyaan dan pergumulan yang sering muncul di benak individu yang beranjak dewasa. Pertanyaan tersebut muncul karena individu yang beranjak dewasa mulai merasa takut, cemas, dan gelisah akan banyak hal tentang realitas kehidupan dan masa depannya. Perasaan tersebut disebabkan oleh banyaknya tekanan yang dihadapi individu tersebut. Fase kehidupan ini disebut dengan fase quarter life crisis (QLC).
Quarter life crisis atau yang biasa disebut krisis seperempat abad adalah suatu fase emosional yang dialami oleh individu yang mulai memasuki usia 20-30 tahun. Pada usia tersebut, individu sudah menyelesaikan masa remajanya dan menuju ke masa dewasa yang mulai mencari jati dirinya. Individu yang mengalami quarter life crisis biasanya akan terus merasa terjebak dalam situasi kehidupan yang sulit, merasa putus asa, cemas, khawatir, dan tertekan akan relasi interpersonal mereka. Individu yang mengalami quarter life crisis juga merasa bimbang untuk mengambil dan menentukan keputusan, sehingga cenderung memberikan penilaian negatif terhadap diri dan kehidupannya di masa yang akan datang.
Menurut Robinson (2015), individu yang berada di fase quarter life crisis akan mengalami 4 fase utama. Fase pertama, adanya perasaan terjebak dalam situasi dan berbagai macam pilihan. Fase kedua, adanya dorongan kuat dalam diri individu tersebut untuk mengubah situasinya. Fase ketiga, individu mulai mengeksplorasi hal baru dan membangun pondasi baru dalam hidupnya. Fase keempat, individu telah memperkuat komitmennya untuk fokus pada hal-hal yang menjadi tujuan utama hidupnya.
Sebenarnya fase quarter life crisis merupakan fase yang lumrah karena telah terjadi pada 86% individu yang beranjak dewasa. Quarter life crisis biasanya terjadi karena banyaknya tekanan dari diri sendiri dan lingkungan, dilema terhadap tujuan hidup, dan tuntutan untuk memenuhi ekspektasi orang lain. Tuntutan tersebut terus menekan individu yang beranjak dewasa, sehingga menyebabkan kehidupan terasa berat, rumit, dan penuh ketidakpastian. Tidak semua individu sanggup melewati fase ini. Individu yang belum siap menghadapi fase ini mampu membawa dampak negatif bagi mereka.
Dampak-dampak negatif yang timbul dari ketidaksiapan individu dalam menghadapi fase ini seperti munculnya tingkah laku agresif, emosi yang tidak stabil, menarik diri dari lingkungan, gangguan mental hingga berujung pada depresi. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang matang untuk menghadapi quarter life crisis secara lebih siap dan optimis.
Strategi-strategi yang bisa dilakukan untuk menghadapi quarter life crisis secara lebih siap dan optimis antara lain:
- Kenali dan cintai dirimu sendiri secara lebih baik
- Berhenti membandingkan dirimu dengan orang lain
- Buat skala prioritasmu sendiri
- Tentukan target yang harus kamu capai berdasarkan tujuanmu
- Sabar dalam menghadapi proses kehidupan
- Selalu bersyukur atas setiap pencapaianmu
- Hindari dirimu dari lingkungan toxic yang membuatmu tidak nyaman
- Carilah partner untuk berbagi pikiran dan perasaanmu
- Latihlah dirimu untuk selalu berpikir secara positif
- Carilah hal-hal positif yang memotivasimu
Mungkin memang tidak mudah untuk menghadapi fase quarter life crisis, tetapi ingatlah bahwa fase ini merupakan fase yang normal terjadi pada individu yang beranjak dewasa. Bangkitlah dari segala keraguan dan carilah jalan keluar untuk menghadapi fase ini. Percayalah bahwa you will bloom, right on time. Setiap individu memiliki waktu suksesnya masing-masing. Jadilah kuat karena apapun yang telah digariskan Tuhan untukmu akan menjadi milikmu dan tidak akan pernah tertukar.