Pengobatan pada Penyakit Rematoid Artritis (RA)Â
aprillia veranita
artritis Reumatoid (AR) adalah penyakit autoimun sistemik umum yang ditandai dengan peradangan kronis, yang memengaruhi banyak sendi. Penyakit ini menyebabkan berbagai manifestasi klinis termasuk pembengkakan sendi, peradangan, kemerahan, nyeri, kekakuan, kelelahan, penurunan kualitas hidup, kecacatan progresif, masalah kardiovaskular, dan penyakit kardiovaskular (Li & Wang, 2023); (Shawna Seed, 2024); (Krati Chauhan; Jagmohan S. Jandu; Lawrence H. Brent; Mohammed A. Al-Dhahir, 2023); (Erin Bryant, 2021). AR juga dapat memengaruhi organ lain seperti kulit, mata, paru-paru, Seringkali, RA mengakibatkan kerusakan tulang rawan sendi dan melemahnya tendon dan ligamen (Bullock et al., 2019). Penyakit ini ditandai dengan sifat sistemiknya dan potensi komorbiditas serius, yang berdampak signifikan pada kesehatan dan kesejahteraan individu yang terkena dampak secara keseluruhan.
pada tahun 2019, diperkirakan terdapat sekitar 18 juta orang di seluruh dunia yang menderita reumatoid artritis (RA), dengan proyeksi angka tersebut meningkat menjadi 355 juta pada tahun 2025 (WHO, 2019). Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018, prevalensi RA mencapai 7,30%, yang setara dengan 713.783 individu yang terkena penyakit ini.
faktor risiko untuk terjadinya reumatoid artritis (RA) meliputi usia, jenis kelamin, genetika, riwayat kelahiran, dan paparan pada masa awal kehidupan. Merokok, obesitas, dan pola makan juga merupakan faktor risiko yang signifikan. Manifestasi klinis RA mencakup nyeri kronis, kekakuan, nyeri tekan, serta panas dan pembengkakan pada sendi, yang secara signifikan membatasi kemampuan seseorang untuk bergerak dan menjalani aktivitas sehari-hari (Hendry et al., 2022).
pemeriksaan radiologi, seperti foto rontgen, digunakan untuk memonitor progresivitas dan kerusakan jangka panjang pada sendi dan jaringan lunak. Pada RA, sering terjadi kerusakan pada sendi metatarsofalang dan sakroiliaka, yang ditandai dengan pembengkakan awal jaringan lunak dan demineralisasi, diikuti dengan penyempitan ruang sendi (Flex free, 2024).
penatalaksanaan RA melibatkan dua pendekatan utama: non-farmakologi dan farmakologi. Terapi non-farmakologi meliputi aktivitas fisik dan latihan kekuatan otot, sementara terapi farmakologi meliputi penggunaan obat pereda nyeri (NSAID), DMARD (obat modifikasi penyakit antirheumatoid), dan kortikosteroid untuk mengontrol peradangan dan gejala RA (Flex free, 2024).
DAFTAR PUSTAKA
Bullock, J., Rizvi, S. A. A., Saleh, A. M., Ahmed, S. S., Do, D. P., Ansari, R. A., & Ahmed, J. (2019). Rheumatoid arthritis: A brief overview of the treatment. Medical Principles and Practice, 27(6), 501--507. https://doi.org/10.1159/000493390
Erin Bryant. (2021). Parents' smoking during childhood linked to rheumatoid arthritis later in life. https://www.nih.gov/news- events/nih-research-matters/parents-smoking-during- childhood-linked-rheumatoid-arthritis-later-life
Flex free. (2024). RHEUMATOID ARTHRITIS. https://flexfreeclinic.com/infokesehatan/detail/147?title=