Mohon tunggu...
Aprillah Tarihoran
Aprillah Tarihoran Mohon Tunggu... Masih kuliah -

Kuliah di Politeknik Negeri Bandung (POLBAN) jurusan Akuntansi Manajemen Pemerintah

Selanjutnya

Tutup

Politik

Masa depan Partai Golkar di Tangan Setya Novanto

18 Mei 2016   18:16 Diperbarui: 18 Mei 2016   18:20 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara tentang partai Golkar (Partai Golongan Karya) adalah salah satu partai politik tertua di Indonesia yang sampai saat ini masih mempunyai kontribusi yang besar terhadap pemerintah indonesia.  Partai GOLKAR ini bermula dengan berdirinya Sekber GOLKAR pada masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno, tepatnya 1964 oleh Angkatan Darat untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik. Dalam perkembangannya, Sekber GOLKAR berubah wujud menjadi Golongan Karya yang menjadi salah satu organisasi peserta Pemilu.

Dalam Pemilu 1971 (Pemilu pertama dalam pemerintahan Orde Baru Presiden Soeharto), salah satu pesertanya adalah Golongan Karya dan mereka tampil sebagai pemenang. Kemenangan ini diulangi pada Pemilu-Pemilu pemerintahan Orde Baru lainnya, yaitu Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Kejadian ini dapat dimungkinkan, karena pemerintahan Soeharto membuat kebijakan-kebijakan yang sangat mendukung kemenangan GOLKAR, seperti peraturan monoloyalitasPNS, dan sebagainya.

Adapun nama- nama ketua umum DPP GOLKAR dari tahun 1964 sampai 2015 antara lain Sbb:

  1. Djuhartono (1964-1969)
  2. Suprapto Sukowati (1969–1973)
  3. Amir Moertono (1973–1983)
  4. Sudharmono (1983–1988)
  5. Wahono (1988–1993)
  6. Harmoko (1993–1998)
  7. Akbar Tandjung (1998–2004)
  8. Jusuf Kalla (2004–2009)
  9. Aburizal Bakrie (2009–2015)
  10. Setya Novanto (2016-2019)

Pada hari Selasa (17/6/2016) pagi diadakannya Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar di Nusa Dua, Bali, dimana  setya novanto terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar periode 2016-2019. Dalam pemilihan putaran pertama, Setya Novanto meraup 277 suara dan yang keduan dibawah setya novanto ada Ade Komarudin yang mendapat 173 suara. Setelah Ade komarudin mengetahui hasil pada putaran pertama Ade komarudin akhirnya memilih untuk  mundur sebelum putaran kedua digelar, dengan demikian Setya Novanto pun dinyatakan menang  sebagai Ketua Umum Golkar untuk menggantikan Aburizal Bakrie pada periode 2016-2019.

Namun kita perlu tau bahwa setya novanto dulunya  memiliki banyak masalah dengan berbagai pihak seperti pada tahun 1999, dimana namanya tersangkut kasus pengalihan hak piutang (cessie) PT Bank Bali kepada Bank Dagang Negara Indonesia (BDNI) yang diduga merugikan negara Rp 904,64 miliar. Kasus ini meletup setelah Bank Bali mentransfer dana Rp 500 miliar lebih kepada PT Era Giat Prima milik Setya novanto. Bergulir lama di kejaksaan, kasus tersebut dihentikan dengan keluarnya surat perintah penghentian penyidikan (SP3) pada Juni 2003. Adapun kasus pada tahun 2012,lagi-lagi nama Setya kembali muncul karena ia diduga berperan mengatur aliran dana ke anggota Komisi Olahraga DPR untuk memuluskan pencairan anggaran PON di APBN, dan kasus yang terakhir di setya novanto dan yang paling kontroversial dari semua kasus setya novanto adalah pada saat ia menjadi Ketua DPR. November lalu, dimana Setya dilaporkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said ke Majelis Kehormatan Dewan (MKD). Yang di duga Setya novanto  mencatutkan nama Presiden Joko Widodo untuk memuluskan renegosiasi kontrak PT Freeport. Sehingga akhirnya Setya novanto pun memilih untuk mundur sebagai Ketua DPR sebelum keputusan MKD keluar.

Melihat kasus setya novanto di atas apakah Golkar bisa di bawa ke depan lebih baik lagi atau menjadi lebih terpuruk di bandingkan partai- partai lainnya. Apapun nantinya yang terjadi di Golkar semua petisi-petisi Golkar harus mendukung penuh setya novanto untuk melakukan perbaikan-perbaikan yang belum selesai di kerjakan semenjak Aburizal Bakrie menjabat sebagai ketua umum Partai Golkar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun