Mohon tunggu...
Apriliya Maghfiroh
Apriliya Maghfiroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN WALISONGO

Blog Pribadi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengulik Sejarah Pesarean Sunan Kalijaga di Desa Medalem

12 November 2021   00:41 Diperbarui: 12 November 2021   00:51 1976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam buku Dakwah Sunan Kalijaga: Penyebaran Agama Islam di Jawa Berbasis Kultural, karya Purwadi (2013) menjelaskan bahwa dalam menyebarkan ajaran islam agar mudah diterima dan membaur dengan budaya masyarakat jawa yang sangat kental Wali Sanga memiliki ciri khas masing-masing, Mulai dari para kolonialis yang menyebut Sunan Giri sebaagai “paus dari Timur”, Maulana Malik Ibrahim menjadi “tabib” bagi kerajaan Hindu Majapahit, hingga Sunan Kalijaga yang menciptakan karya seni dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa yakni Hindu dan Budha.

Dalam artikel ilmiah mahasiswa Peranan Sunan Kalijaga dalam Islamisasi di Jawa Tahun 1470-1580, karya Hafidz dkk (2015) Sunan Kalijaga yang memiliki nama asli Raden Mas Sahid merupakan seorang wali yang asli keturunan Jawa, beliau merupakan keturunan  dari Tumenggung Wilwatikta, Bupati Tuban. Tumenggung Wilwatikta adalah keturunan Ranggalawe seorang patih dari Kerajaan Mojopahit yang sudah beragama Islam dan berganti nama Raden Sahur, sedangkan Ibunya bernama Dewi Nawangrum.. Akan tetapi ada beberapa sumber yang menyatakan bahwa Sunan Kalijaga adalah keturunan asli Arab.

Sunan Kalijaga wafat pada usia 131 tahun, yang membuatnya menjadi wali tertua yang pernah hidup di tanah Jawa. Ada yang berpendapat beliau dimakamkan di Kadilangu, Demak. Namun ada beberapa sumber Sunan Kalijaga di makamkan di pemakaman ploso Desa Medalem. Pada awalnya menurut juru kunci makam Ploso Bapak Ali Imron, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) waktu menjadi presiden datang ke makam tersebut karena beliau dapat petunjuk, kalau ingin Negara Makmur harus berziarah ke makam Sunan Kalijogo. Setelah beliau ziarah ke makam sunan kalijaga yang ada di Kadilangu,  Gus Dur dapat firasat untuk ziarah ke makam Sunan Kalijogo yang berada di Kabupaten Tuban.

 Dengan melalui Riyadh Tsauri yang biasanya di panggil Gus Aya, selanjutnya mencari keberadaan makam tersebut, kemudian beliau memperoleh informasi bahwa terdapat Makam Sunan Kalijogo yang letaknya di Dusun Soko Desa Medalem Kecamatan Senori. Tepatnya pada 17 Ramadhan persisnya tahun 1999, Beliau berziarah ke makam tersebut.

Sekitar tahun 2000 masehi setelah di tetapkna haulnya pihak desa dan kecamatan setempat membentuk juru kunci. Dalam musyawarah yang sudah dilakukan, ditetapkan sebanyak 5 juri kunci yaitu, Mbah Modin Wanijo, Mbah Sangep, Dimiyati, Ali Imron, dan Khoribun. Namun keempat juru kunci tersebut sudah meninggal, dan tinggal pak Ali Imron saat ini. Semenjak kedatangan Gus Dur itulah makam tersebut baru di buka dan direnovasi sedikit demi sedikit. Dalam penuturan Gus Dur yang ada di Kadilangu itu kantornya sedangkan mkakamnya ada di Medalem. Tapi Allahu a’lam tutur Pak Ali Imron.

Makam ini terletak di Desa Medalem tepatnya di Dusun Soko, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban. Masyarakat sekitar tidak ada yang tahu mengenai sejarah dari makam ini. Keberadaan makam ini sudah di temukan sejak tahun 1979 oleh warga setempat yang bernama Pak Mulyadi, kata pak Ali Imran. Pak Mulyadi ini Paman dari Pak Ali Imron Juru Kunci. Diceritakan, kisahnya di mulai dari Pak Mulyadi termasuk orang kaya di Desa Medalem, namun lama kelamaan hartanya semakin menipis, sehinggga beliau memutuskan untuk  menyendiri  dengan membuat rumah ditengan sawah. 

Suatu hari antara pukul 21:00 hingga 23:00, Pak Mulyadi di datangi seseorang yang berpakaian serba hitam. Orang itu berpesan  agar Pak Mulyadi merawat makam yang sudah rumbuk/penuh semak-semak. Setelah berpesan demikian orang itu hilang begitu saja. Keesokan harinya Pak Mulyadi mencari-cari makam yang di maksud orang tadi malam, dan ternyata makam tersebut memang benar adanya. Tetapi kondisinya masih di penuhi semak-semak, jadi melihatnya kelihatan angker ujar Pak Ali Imron.

Akhirnya Pak Mulyadi sowan dan berkonsultasi kepada Kyai Baidi atau ayah dari Gus Mad Tuban. oleh Kiyai Zubaidi diajak sowa kepada K.H. Hamid Pasuruan. Semua apa yang dialami Mulyadi di ceritakan kepada Kiyai Zubaidi, ternyata Kiyai Hamid juga pernah ziarah di makam tersebut. Bahkan beliau tahu siapa yang dimakamkan di tempat itu, yaitu bernama Raden Sahid Moro Teko.Seminggu kemudian Kyai Baidi bersama warga setempat mulai membukanya untuk peziarah masyarakat sekitar.

Suaasana alam persawahan mengelilingi Makam Kanjeng Sunan Kalijaga Dusun Soko, Medalem, Senori, Tuban. Sehingga semilir angin membuat nyaman orang yang berziarah ke sini. Komplek pemakaman ini  di sebut Makam Ploso sebab terdapat pohon Ploso yang rimbun di makam ini.

Dalam buku Suta Naya Dhadhap Waru: Manusia Jawa dan Tumbuhan (2017):333, karya Iman Budhi Santosa, diejlaskan, masyarakat Jawa sejak masa lalu, khususnya mereka yang tinggal di perdesaan atau dekat hutan sudah mengenal pohon Ploso, atau plasa, atau palasa (Bute Monosperma).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun