Mohon tunggu...
Apriliya Agustina
Apriliya Agustina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa hobi saya adalah menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Yuk, Kenali Dampak dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurangnya Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja

19 Januari 2024   23:05 Diperbarui: 19 Januari 2024   23:14 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kurangnya asupan buah dan sayur pada remaja dapat mengakibatkan kejadian obesitas. Remaja, sebagai kelompok umur yang paling rentan terhadap masalah gizi, sedang mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan yang mengharuskan mereka untuk mengonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan tubuh mereka. Obesitas merupakan permasalahan yang semakin meresahkan semua kalangan umur, terkhusus remaja. Obesitas pada remaja dipengaruhi oleh sejumlah variabel, salah satunya adalah pola konsumsi yang tidak seimbang. Top of Form Makanan tinggi serat dan rendah kalori, seperti sayuran, memiliki potensi untuk mencegah penimbunan lemak yang dapat menyebabkan obesitas. Serat larut, yang melimpah pada buah-buahan, termasuk komponen yang penting dalam hal ini. Dengan kata lain, makanan yang mengandung serat tinggi memerlukan proses pencernaan yang lebih lama di dalam perut, menyebabkan perasaan kenyang yang berlangsung dalam jangka waktu yang lebih panjang. Berdasarkan penelitian Yuliah dkk (2017) menunjukkan sebanyak 166 orang (59,4%) kurang konsumsi sayur dan 188 orang (61,7%) kurang konsumsi buah, terdapat 23 orang yang berstatus gizi obesitas. Ketidakcukupan asupan buah dan sayur pada remaja dapat mengakibatkan obesitas.

Pola konsumsi buahan dan sayuran oleh remaja bisa terpengaruhi oleh tingkat pendapatan keluarga. Dalam hal ini, peran keluarga memiliki signifikansi yang besar dalam membantu membentuk kebiasaan makan sehat terkait buah dan sayur pada anak-anak. Untuk mencapai tujuan ini, keluarga perlu mengambil langkah-langkah khusus. Mengonsumsi makanan dalam jumlah besar dan beragam, termasuk buah-buahan dan sayur-sayuran, sering dikaitkan dengan tingkat pendapatan yang tinggi, karena kemampuan seseorang untuk membeli buah dan sayur dipengaruhi oleh penghasilan yang diperoleh, sehingga dapat memengaruhi jumlah dan kualitas buah serta sayur yang dikonsumsi (Rahmah dkk, 2023). 

Dalam hal ini, dipercaya bahwa gaji yang rendah dapat mengurangi daya beli seseorang terhadap buah dan sayur, membatasi kuantitas dan variasi jenis makanan yang dapat dikonsumsi (Elyawati, 2023). Berdasarkan penelitian Rachman, dkk (2017) menyebutkan Dari total tiga belas remaja laki-laki yang menjadi responden, sebanyak 52% melaporkan bahwa orang tua mereka memiliki penghasilan yang baik. Meskipun demikian, 4% dari remaja laki-laki tersebut menyatakan memiliki rutinitas baik dengan makan buah dan sayur meskipun orang tua mereka memiliki pendapatan yang rendah. Di sisi lain, dari jumlah tiga puluh enam responden perempuan, sebanyak 60% melaporkan bahwa orang tua mereka memiliki penghasilan yang layak. Namun, hanya 3,3% dari 60% tersebut yang tetap memiliki rutinitas konsumsi buah dan sayur yang sehat. Tingkat pendapatan keluarga mempengaruhi jumlah dan jenis pangan seperti sayur dan buah pada remaja.

Konsumsi buah dan sayur pada remaja sangat terkait dengan preferensi atau kesukaan terhadap makanan tersebut. Preferensi pada makanan diartikan sebagai kesukaan terhadap suatu makanan untuk dikonsumsi dan hampir semua negara meyakini bahwa selera dan preferensi seseorang terhadap jenis makanan tertentu mempengaruhi perilaku konsumsinya. Preferensi terhadap buah serta sayuran disesuaikan dengan penerimaan makanan, yang pada gilirannya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kebiasaan, kualitas makanan, dan nilai gizi. 

Dalam kategori sayuran, terdapat ketergantungan pada pengolahan makanan untuk memungkinkan konsumsi mentah. Pola komsumsi ini juga dapat dipengaruhi oleh sejumlah variabel, dan salah satu faktor yang memiliki dampak signifikan adalah aksesibilitas pangan. Ketersediaan dan kemudahan akses terhadap buah dan sayur dapat menjadi penentu utama dalam keputusan remaja untuk mengonsumsi jenis makanan tersebut. Jenis makanan yang lebih mudah diakses cenderung memiliki peluang lebih besar untuk dikonsumsi, sementara makanan yang sulit dijangkau cenderung dihindari. Dalam studi yang dilakukan oleh Nay (2020) terhadap 68 remaja, ditemukan bahwa 45,6% dari mereka memiliki akses terhadap buah dan sayur, sementara 54,4% tidak. Dari kelompok yang tidak mengonsumsi buah dan sayur, sebanyak 81,1% remaja tidak mengonsumsinya. 

Korelasi positif telah ditunjukkan antara remaja yang memiliki akses dan mengonsumsi buah dan sayur. Selera rasa juga memegang peranan penting dalam keputusan memilih makanan. Rasa buah dipengaruhi oleh cara penyajiannya, sementara rasa sayur ditentukan oleh cara pengolahannya (Sinanturi dkk, 2018). Menurut studi Tarigan (2020), sebanyak 69,1% dari 97 remaja menyatakan lebih menyukai sayur-sayuran daripada buah-buahan. Keberlanjutan inisiatif untuk membeli atau menyiapkan sayur-sayuran dan menyajikan buah-buahan favorit dapat muncul dari kecintaan terhadap keduanya, yang pada gilirannya dapat meningkatkan ketersediaannya.

Konsumsi buah dan sayur pada remaja secara signifikan terkait dengan ketersediaan pangan. Ketersediaan pangan memiliki pengaruh yang substansial terhadap jumlah dan jenis makanan yang dipilih oleh individu untuk dikonsumsi. Penyebab mengapa remaja mengonsumsi buah dan sayuran dalam jumlah sedikit adalah ketersediaan makanan tersebut. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa makanan yang tersedia bagi individu lebih besar kemungkinannya untuk dikonsumsi, sedangkan makanan yang sulit diperoleh cenderung dihindari. Kemampuan seseorang untuk mengakses buah-buahan dan sayur-sayuran dapat menjadi kunci penting dalam meningkatkan konsumsi pangan sehat. Ketersediaan jenis pangan yang lebih banyak dapat meningkatkan kemungkinan konsumsinya.  Penelitian yang dilakukan oleh Nay (2020) menyoroti pentingnya akses terhadap buah dan sayur dalam kebiasaan makan remaja. Dari total 68 remaja yang menjadi subjek penelitian, 31 di antaranya (45,6%) memiliki akses terhadap buah dan sayur, sementara 37 remaja lainnya (54,4%) tidak memiliki akses tersebut, dan hanya 7 remaja (22,6%) yang masih mengonsumsinya, sementara 30 remaja lainnya (81,1%) sama sekali tidak mengonsumsinya. Korelasi yang ditunjukkan oleh penelitian ini memberikan gambaran bahwa remaja yang memiliki akses lebih mudah terhadap buah dan sayur memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengonsumsinya.

Sayur dan buah mengandung zat gizi folat yang dapat menurunkan tingkat depresi pada remaja. Pada tahun 2018, National Institute of Mental Health menyampaikan bahwa gangguan depresi mayor, yang dikenal sebagai depresi klinis, merupakan suatu kondisi serius dan umum yang berdampak signifikan pada fungsi sehari-hari individu hingga memerlukan diagnosis depresi. Kandungan vitamin folat dalam makanan buah dan sayur seperti buah jeruk, kacang-kacangan, almond, dan sayuran berdaun hijau memiliki peran vital dalam proses metilasi ulang homosistein. Metilasi ulang homosistein menghasilkan senyawa penting, yaitu S-adenosylmethionine (SAMe), dan juga berpengaruh pada regenerasi tetrahydrobiopterin (BH4).

 Dharmayanthi dkk (2021) menegaskan bahwa SAMe dan BH4 berfungsi sebagai kofaktor penting dalam sintesis neurotransmiter, termasuk adrenalin, dopamin, dan serotonin. Ketiganya memiliki peran sentral dalam regulasi suasana hati. Penelitian yang dilakukan oleh Ju dan Park (2019) menunjukkan hubungan yang positif antara peningkatan konsumsi buah dan sayur dengan tingkat depresi yang lebih rendah. Studi ini mengindikasikan penurunan tingkat depresi dari 6,4% menjadi 2,5% pada pria dan dari 11,4% menjadi 6,6% pada wanita yang lebih sering mengonsumsi buah dan sayur. Oleh karena itu, peningkatan asupan buah dan sayur menjadi suatu strategi yang dapat membantu remaja mengalami tingkat kesedihan yang lebih rendah, memberikan dampak positif pada kesejahteraan mental mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun