Indonesia merupakan negara multikultural dengan beragam budaya, adat-istiadat, suku, ras, serta agama. Meskipun demikian semboyan bangsa ini adalah bhineka tunggal ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Sebagai negara multikultural, rasa toleransi dari setiap warga negara merupakan hal yang penting, menghargai dan menghormati perbedaan agama merupakan hal yang penting. Perbedaan tersebut seharusnya dimaknai sebagai anugerah bukan faktor untuk memecah belah. Seperti halnya di Desa mondoluku ini, terdapat sebuah pura yang cukup terkenal yaitu pura penataran luhur medang kamulan, dimana pura ini berdiri ditengah-tengah penduduk desa mayoritas muslim meskipun memang terdapat beberapa penduduk desa Mondoluku yang memeluk agama Hindu. Dengan demikian, hal ini menarik untuk dikaji dan dianalisis, mengenai sejarah pura bagaimana bisa berdiri di Desa Mondoluku, bagaimana relasi dan toleransi antar warga desa, sehingga saya akan mengkaji dan menganalisisnya bersama seorang narasumber yaitu Bapak Kadek Sumanila selaku jero sepuh lanang sekaligus ketua pengurus rumah tangga pura penataran luhur medang kamulan.
Pada bulan Oktober 2010, Bapak Kadek bersama rekannya datang ke Desa Mondoluku untuk melihat kondisi pura dan Umat Hindu di desa ini. Beliau datang kesini dengan tujuan membantu Umat Hindu yang ada di Desa Mondoluku agar memiliki tempat ibadah yang baik dan layak. Sehingga setelah melalui berbagai proses yang panjang, dilakukanlah renovasi tempat ibadah ini sehingga bisa menjadi sebesar sekarang dengan total jumlah keseluruhan tanah pura yang semula seluas 612 m2 sekarang menjadi 3.966 m2 . Konsep yang digunakan pada pura ini adalah konsep leluhur Jawa tetapi tetap berlandaskan pancasila. Beliau memiliki keinginan yang kuat untuk menggunakan konsep Hindu Jawa pada sendi kehidupan Umat Hindu di Jawa. Hal ini diterapkan di pura penataran luhur medang kamulan dimana pelinggih-pelinggih pura menggunakan model Jawa, sehingga pura dapat dikenal secara universal seperti sekarang ini. Menurut Bapak Kadek, berdirinya pura medang kamulan di Desa Mondoluku ini atas kehendak Tuhan dan juga leluhur Desa Mondoluku. Â Â
"Kami disini tidak punya tujuan yang lain, tujuan utamanya hanya sebagai simbol rasa bakti kami kepada para leluhur dan Tuhan itu sendiri, karena kita asalnya bersaudara, kita keluarga. Disamping itu kita berlandaskan Pancasila, kebhinekaan itu yang harus kita pegang teguh karena dalam UUD 1945 disebutkan seperti itu, sehingga kita harus menjaga kesatuan dan persatuan NKRI ini", ujar Bapak Kadek. Persatuan dan kesatuan NKRI memang haruslah dijaga, salah satu caranya adalah dengan menghargai perbedaan yang ada, memegang teguh kebhinekaan atau keanekaragaman yang ada di dalam Negara Indonesia ini.Â
Ibadah serta kegiatan yang dilakukan di pura ini tentunya adalah kegiatan upacara-upacara yang dianut oleh Umat Hindu secara Nasional selama ini, karena pura adalah tempat ibadah Umat Hindu. Misalnya perayaan Hari Raya Galungan, Kuningan, Nyepi, Saraswati. Perayaan-perayaan itu semua mempunyai simbol-simbol atas kemahakuasaan Tuhan itu sendiri.
Hari Raya Nyepi merupakan salah satu hari raya Umat Hindu yang jatuh pada tahun baru saka, bertepatan pada hari Minggu tanggal 14 Maret 2021. Menurut Bapak Kadek, makna dan hikmah yang bisa diambil dari perayaan Hari Raya Nyepi adalah kembali kepada semesta, karena sebelum melaksanakan penyepian, dilaksanakan pembersihan secara bhuana alit (makhluk hidup termasuk manusia itu sendiri) dan bhuana agung (alam semesta). Pembersihannya dengan tujuan supaya semesta ini dibersihkan, baik secara bhuana alit (manusia itu sendiri) sebagai sarana intospeksi diri untuk kedepannya agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Â
Dengan berbagai aktivitas-aktivitas ibadah yang dilaksanakan di pura, selama ini tidak ditemui pertikaian antara Umat Hindu dan Umat Islam di Desa Mondoluku, mereka hidup secara berdampingan dengan damai dengan rasa toleransi dan menghargai perbedaan yang tinggi.
"Selama ini hubungan kita dengan pihak masyarakat sekitar dan dengan para ulama, karena kami sesungguhnya tidak ada mempengaruhi apapun juga yang ada disini, sangat baik hubungannya, tidak ada masalah, saling menghormati. Dan untungnya toleransi warga sini luar biasa. Sehingga kita bisa melaksanakan keyakinan kita masing-masing, namun tetap di dalam bentuk bingkai persaudaraan. Dan sangat rukun sekali, selama ini tidak ada masalah serta saling mendukung.", ujar Bapak Kadek.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat sejarah dibalik pura penataran luhur medang kamulan yang kini berdiri kokoh di Desa Mondoluku Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik. Hal ini juga karena jasa dari Bapak Kadek Sumanila selaku jero sepuh lanang beserta seluruh pengurus rumah tangga pura. Tujuan Bapak Kadek merenovasi pura adalah untuk membantu Umat Hindu Desa Mondoluku agar memiliki tempat ibadah yang layak, tidak ada tujuan selain itu. Berbagai aktivitas keagamaan dilakukan Umat Hindu dalam pura ini, termasuk perayaan berbagai hari raya Umat Hindu yang semua itu mempunyai simbol-simbol atas kemahakuasaan Tuhan itu sendiri, hari raya tersebut salah satunya adalah Hari Raya Nyepi yang mempunyai hikmah dan tujuan agar dibersihkan secara bhuana alit (manusia itu sendiri) dan bhuana agung (alam semesta). Meskipun pura ini berdiri di antara penduduk desa mayoritas muslim, selama ini tidak ada pertikaian ataupun perselisihan, hubungan dengan masyarakat sekitar dan dengan para ulama juga sangat baik. Hal ini dikarenakan rasa saling mengargai perbedaan dan rasa toleransi yang tinggi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI