Jelantah adalah limbah domestik yang berasal dari minyak goreng yang telah digunakan. Limbah ini dapat ditemukan di rumah tangga. Eksistensinya tidak disarankan untuk dibuang ke saluran pembuangan, karena dapat menyumbat pipa atau saluran pembuangan. Selain itu, jelantah yang langsung dibuang dapat merusak ekosistem air dan tanah.
Jelantah dengan sifatnya yang dapat mengganggu ekosistem membuatnya harus diolah sebelum dibuang. Pengolahan limbah akan lebih baik bila ada kebermanfaatan di dalamnya. Siapa sangka, limbah jelantah ternyata dapat mendatangkan berkah atau manfaat bila diolah dengan tepat. Salah satu produk olahan dari limbah jelantah adalah sabun batang.
Dalam keseharian, sabun batang memiliki manfaat untuk menjaga kebersihan dan sanitasi. Selain itu, sabun batang juga memiliki nilai ekonomis yang menguntungkan.
Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Negeri Semarang (Unnes) bersama Pusat Pengembangan Kuliah Kerja Nyata LPPM UNNES dalam Program GIAT 10 memandang minyak jelantah sebagai sebuah potensi. Dalam salah satu program, Mahasiswa Unnes GIAT 10 di Desa Gempol, Kabupaten Klaten, memanfaatkan limbah jelantah menjadi sabun batang yang dapat digunakan untuk mencuci tangan.
Pada Minggu (29/12/2024) di Bangsal Dukuh Brajan, Desa Gempol, Klaten, mahasiswa Unnes GIAT 10 melakukan demo pembuatan sabun batang yang dinamai SoapCycle di hadapan ibu-ibu PKK. Demo pembuatan sabun jelantah tersebut dipandu oleh Intan Nurul Fitriana, seorang mahasiswa Unnes GIAT 10 dari Program Studi Pendidikan Fisika. Para hadirin nampak antusias saat demo berlangsung. Beberapa ibu-ibu aktif bertanya dan mencatat mengenai bahan dan proses pembuatan sabun batang berbahan limbah jelantah.
Pemberian nama SoapCycle bukan tanpa alasan. "Soap" dalam bahasa Inggris memiliki arti "sabun"dalam bahasa Indonesia. Sedangkan "cycle" yang diambil dari kata "recycle" dalam bahasa Inggris, memiliki arti "daur ulang". Dengan demikian, SoapCycle memiliki arti sabun daur ulang.
Pada saat demo pembuatan sabun SoapCycle, mahasiswa Unnes GIAT 10 menyiapkan bahan-bahan yakni minyak jelantah yang sudah direndam arang aktif, aquades, NaOH, pewarna, dan pewangi sabun. Jelantah yang sudah dimurnikan dengan arang aktif selama 24 jam, lantas dicampur dengan larutan aquades dan NaOH. Proses tersebut dinamakan saponifikasi untuk menghasilkan saponin (larutan sabun). Setelah larutan saponin terbentuk, maka proses selanjutnya adalah menambahkan pewangi sabun dan pewarna.
“Sangat senang melihat antusiasme ibu-ibu dalam mengikuti demo pembuatan sabun dari minyak jelantah. Semangat dan rasa ingin tahu yang tinggi benar-benar membuat suasana jadi hidup,” ujar Intan.
“Ibu-ibu tidak hanya aktif bertanya, tetapi juga terlihat bersemangat mencoba langsung setiap langkah prosesnya. Ini membuktikan bahwa kreativitas dan kepedulian terhadap lingkungan bisa tumbuh di mana saja, termasuk di tengah-tengah komunitas ibu rumah tangga,” sambungnya.