Grobogan, 28 September 2024 – Di tengah keragaman budaya dan keyakinan yang ada di Indonesia, upaya moderasi beragama kian menjadi hal yang penting dalam menjaga keharmonisan sosial. Hal ini terlihat nyata dalam pertemuan antar padepokan silat yang diadakan pekan lalu di Padepokan silat sokalimo, Purwodadi, Grobogan. Acara tersebut dihadiri oleh beberapa padepokan silat dari berbagai aliran dan latar belakang agama berkumpul dalam sebuah acara untuk mempromosikan nilai-nilai persatuan, toleransi, dan kerjasama dalam bingkai moderasi beragama.
Acara yang dihadiri oleh puluhan pendekar dari berbagai penjuru Nusantara ini membawa pesan kuat tentang pentingnya menjaga nilai-nilai kebersamaan meski terdapat perbedaan dalam kepercayaan dan tradisi. Dalam sambutannya, Ketua Panitia, Agung Purnama, mengungkapkan bahwa persatuan antar padepokan tidak hanya didasari oleh kecintaan terhadap seni bela diri, tetapi juga oleh nilai-nilai luhur yang terkandung dalam setiap ajaran agama maupun tradisi lokal.
“Silat bukan sekadar olahraga atau bela diri, tapi juga warisan budaya yang mengajarkan disiplin, kesopanan, dan spiritualitas. Masing-masing padepokan mungkin memiliki keyakinan berbeda, namun hal ini seharusnya tidak menjadi penghalang untuk saling menghormati dan bekerja sama,” ujar Agung
Moderasi beragama adalah sikap untuk tetap berada di tengah-tengah, tidak ekstrem dalam menjalankan atau mengekspresikan keyakinan. Dalam konteks pertemuan ini, para pendekar dan guru besar silat dari berbagai aliran diharapkan untuk menerapkan moderasi dalam beragama sehingga perbedaan keyakinan yang ada justru menjadi kekuatan untuk memperkaya wawasan spiritual.
Salah satu anggota pencak silat juga menegaskan bahwa sikap terbuka dan saling memahami adalah kunci dalam menjaga hubungan yang harmonis di antara padepokan. “Kami percaya, dengan saling menghormati perbedaan, baik dalam ajaran agama maupun aliran silat, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih damai. Moderasi beragama menjadi solusi agar kita tidak saling menghakimi, tetapi justru mendukung satu sama lain,” tuturnya.
Dalam pertemuan ini, selain diisi dengan diskusi tentang moderasi beragama, juga digelar berbagai kegiatan seperti pertunjukan seni bela diri, sesi meditasi bersama, dan dialog antar-aliran silat. Setiap padepokan mendapat kesempatan untuk menunjukkan keahlian dan kearifan lokal yang mereka bawa, sekaligus berdiskusi tentang bagaimana seni bela diri dapat berfungsi sebagai alat perekat sosial.
Kegiatan ini diakhiri dengan kesepakatan bersama untuk mengadakan pertemuan rutin guna memperkuat silaturahmi antar padepokan. Selain itu, disepakati pula bahwa moderasi beragama akan menjadi prinsip yang dipegang dalam setiap kegiatan bersama ke depan.pertemuan antar padepokan ini adalah contoh nyata bagaimana keragaman bisa menjadi kekuatan. Moderasi beragama yang diterapkan di sini menunjukkan bahwa masyarakat kita mampu hidup harmonis di tengah perbedaan. Inisiatif ini patut diapresiasi karena membantu mencegah polarisasi yang bisa terjadi akibat perbedaan pandangan.
Diharapkan, pertemuan ini menjadi contoh bagi komunitas lainnya di Indonesia. Semangat persatuan dalam keragaman yang diusung oleh para pendekar silat ini menunjukkan bahwa moderasi beragama bukan hanya wacana, melainkan praktik nyata yang dapat menjaga persaudaraan dan memperkuat kohesi sosial di tengah perbedaan.Melalui moderasi beragama, segala bentuk konflik yang mungkin timbul akibat perbedaan keyakinan dapat diredam, dan nilai-nilai luhur dalam agama maupun budaya dapat terjaga. Dengan demikian, silat bukan hanya menjadi ajang adu keterampilan fisik, tetapi juga menjadi ruang untuk membangun dialog dan kerjasama yang membawa perdamaian bagi masyarakat luas.
Oleh : Chilmianida Ainis Syifa