Kondisi perekonomian Indonesia dan dunia yang penuh tantangan di masa normalisasi kebijakan pasca pandemi covid-19, dan isu politik antara Rusia dan Ukraina, hingga inflasi di sejumlah negara. Menurut Bank Indonesia kondisi perekonomian Indonesia saat ini, dilihat dalam data BPS terjadi pertumbuhan yang cukup baik.Â
Selama 2 tahun yang lalu menggambarkan Indonesia dalam posisi fundamental yang cukup kuat yakni sekitar 5,4% merupakan pertumbuhan yang cukup tinggi. Dapat kita bandingkan dengan tumbuhan di tahun yang lalu, adapun beberapa faktor yang mendorong baik itu terkait dengan konsumsi dan terkait dengan ekspor didukung juga oleh Investasi, artinya ekonomi Indonesia dalam tracking pemulihan dari pasca pandemi.Â
Bank Indonesia juga melihat risiko makro ekonomi yang kuat berasal dari inflasi, namun Indonesia tetap waspada dengan konteks inflasi tersebut meskipun dari sisi kebijakan yang diterapkan, kita dapat mengidentifikasi sumber permasalahan inflasi untuk kita tetap mengambil kebijakan yang paling tepat dari pada problem inflasi ini akan kita address. sehingga tentunya pilihan kebijakannya menjadi pilihan yang cukup beragam dalam bauran kebijakan, pemerintah sendiri menggunakan berbagai pilihan kebijakan tanpa harus mengedepankan suku bunga, sebagai salah satu satu-satunya kebijakan untuk mengatasi permasalahan inflasi merupakan tugas utama dari Bank Indonesia, yaitu menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah serta mengendalikan inflasi.Â
Di tengah kondisi ini BI masih menahan suku bunga acuan di level 3,5%. Kita dapat melihat bagaimana keseriusan Bank Indonesia dalam permasalahan inflasi, bahwa inflasi ini memang lebih banyak didorong, karena konteks pasokan negara-negara maju, permasalahan terkait dengan pasokan, ketersediaan pasokan maupun juga dari distribusi. Hal itu merupakan hal yang utama dari inflasi saat ini, oleh karena itu memang pilihan dari bauran kebijakan bank Indonesia yang dilakukan adalah mengedepankan konteks koordinasi untuk mengecek inflasi.
Dalam sisi supply ini terlihat bagaimana Bank Indonesia bekerja sama dan berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Terkait menjamin ketersediaan pasokan untuk masalah distribusi pangan ini yang menjadi pilihan untuk mengatasi inflasi, dan kita melihat bagaimana inflasi inti yang meskipun sekarang masih 2,86% di tengah inflasi sendiri yang sudah meningkatkan 4,94%. Dalam tahun ini menggambarkan bahwa kita perlu waspada dengan inflasi ke depan. Oleh karena itu pilihan yang dapat dilakukan dari kebijakan moneter, yaitu melalui Bagaimana likuiditas dapat diatur dan kita normalisasi likuiditas yang ada.Â
Pada saat pandemi yang lalu di injeksi ke sektor perekonomian, Oleh karena itu kita menaikkan reset giro wajib minimum. Perbankan juga memperkuat operasi moneter yang sifatnya untuk menata likuiditas supaya dampak kepada inflasinya relatif terjaga. Selain itu juga tetap melakukan stabilisasi nilai tukar Rupiah untuk menahan dampak dari kenaikan harga global ke inflasi domestik. Dan suku bunga tetap kita jadikan pilihan meskipun saat ini belum saatnya kita gunakan. Nilai tukar mengambang bebas jika diciptakan oleh mekanisme pasar supply dan jika adanya perbedaan yang tajam antara nilai tukar yang ada dengan nilai fundamental, Oleh karena itu kebijakan stabilisasi nilai tukar yang diterapkan oleh Bank Indonesia tetap berbasis pada mekanisme pasar melihat nilai fundamental daripada rupiah.Â
BI tidak mengintervensi 1 level tetapi lebih Bagaimana volatilitas yang terjaga, Oleh karena itu memang kalau kita melihat pergerakan rupiah yang sekarang menuju pada Titik yang lebih stabil, hal itu menggambarkan memang kondisi di pasar domestik terjaga dan kepercayaan dari pasar untuk tidak melakukan suatu tindakan yang sifatnya spekulasi yang bisa mempengaruhi tingkat harga itu sendiri, dengan demikian ini kita dapat melihat rupiah menuju kepada arah yang stabil, dan makro tetapi juga membantu untuk pengendalian inflasi. Baik untuk level stabilnya rupiah ini, tidak menyatakan suatu level sebagaimana yang stabil, jika kita melihat gambaran fundamental saja.
 Fundamental dari neraca pembayaran, transaksi berjalan, transaksi perdagangan itu menggambarkan kondisi surplus dari pada ekspor impor barang dan jasa yang menggambarkan memang rupiah kita secara fundamental di posisi yang memuat. Artinya memang seharusnya rupiah ini terus pada posisi yang lebih baik dari waktu ke waktu. Kita juga melihat pertumbuhan ekonomi yang membaik, cadangan devisa yang juga relatif masih cukup dari sisi kebutuhan untuk impor maupun Pembayaran utang luar negeri pemerintah. Menurut Bank Indonesia ini melihat inflasi Indonesia di bulan Juli lalu hampir mencapai 5%.Â
Langkah yang bisa dilakukan untuk bisa menahan laju inflasi dapat kita lihat breakdown ke bawahnya memang yang menjadi penyebab ada sekitar 11% pertumbuhannya. Jika melihat inflasi inti yang merupakan gambaran permintaan masyarakat itu masih relatif stabil di sekitar 2,9% sampai 2,86%, jadi artinya memang seperti ini Sisi pasokan dan Sisi supply menjadi faktor utama dari instalasi. Dua hal pertama kita address Bagaimana menjaga inflasi ini kembali rendah adalah menjaga inflasi inti tidak kembali meningkat, tidak terus meningkat , ekspektasi inflasi yang kita lakukan melalui koordinasi kita dengan dan melalui kebijakan moneter melalui likuiditas. Jika inflasi melambung tinggi Bank Sentral ini cenderung langsung bergerak dengan menaikkan suku bunga acuan.Â
Untuk mengatasi suplainya upaya untuk meredam inflasi di Indonesia ini cenderung bertumpu pada instrumen fiskal, bagaimana melihat ketahanan fiskal untuk saat ini dan upaya apa untuk mensinkronkan dari kebijakan yaitu dengan meningkatkan subsidi untuk menjaga harga energi maupun harga lapangan. Dengan kondisi fiskal yang sangat baik, penerimaan yang meningkat tinggi, hal ini membantu sekali dari sisi pemulihan ekonomi tetap berjalan. Bagaimana dengan Indonesia di tengah ketidakpastian Global karena kalau menyebutkan kondisi ekonomi di tahun depan ini akan gelap secara signifikan, secara global Indonesia pun juga tidak akan tidak akan lepas dari resiko Global ini. Meskipun sampai dengan hari ini kita tetap melihat diantara negara Indonesia yang termasuk cukup baik dari segi kinerja, pertumbuhan maupun inflasinya sendiri, Indonesia tetap waspada artinya kebijakan kebijakan untuk mengatasi permasalahan hambatan ekonomi global yang nanti bisa saja berdampak kepada eksportir kita, berdampak pada konsumsi dan juga kepada pertumbuhan . Hal ini yang harus terus kita awasi tentunya, dengan demikian kebijakan yang pro stability melalui sistem moneter ini masih terus kita dukung dan terus mendorong intermediasi perbankan, maupun kebijakan-kebijakan yang sifatnya digitalisasi untuk sistem pembayaran pendalaman pasar keuangan yang sifatnya tentunya ekonominya menjadi lebih efisien.
 Selama dua periode berturut-turut mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif, jika dilihat dalam aplikasi mungkin itu akan dialami oleh banyak negara. Bank Indonesia cukup konservatif dalam melihat pertumbuhan 2023 yang kita pasang di antara 4,7 hingga 5,4% sebagai pertumbuhan tahun depan yang artinya memang kita waspada Bahwa saat terjadi perlambatan dari sisi pertumbuhan Global, dan dari sisi perdagangan Global yang juga mempengaruhi pada akhirnya harga komoditi Global ini tentunya akan berpengaruh kepada kita dan bagaimana kebijakan yang mendorong pertumbuhan ekonomi tetap berjalan bersama dengan stabilitas terjaga. Oleh karena itu bauran kebijakan di Bank Indonesia ini terus kita lakukan antara kebijakan fiskal melalui akomodatif dan dan juga melalui kebijakan di sektor keuangan yang tentunya menjaga stabilitas dari industri keuangan.Â