Mohon tunggu...
Aprilia Normasari
Aprilia Normasari Mohon Tunggu... -

Mahasiswa salah satu universitas negeri di kota Yogyakarta Menulis untuk Hobi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kapitalisme Jogja

20 Mei 2014   19:03 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:19 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jogja Jogja, Jogja Istimewa

Istimewa Negerinya, Istimewa orangnya

Jogja Istimewa, untuk indonesia

Itulah sepenggal lirik lagu yang dinyanyikan oleh Jogja Hiphop Foundation,seniman asal Jogja yang telah membawakan lagu berjudul Jogja Istimewa hingga ke Amerika Serikat. Kota Yogyakarta sebagai kota budaya dan kota pelajar memiliki banyak sekali ciri khas yang membedakan antara Yogyakarta dengan kota-kota yang lain. Sebagai kota budaya, Jogja memiliki pesona tersendiri sebagai daya tarik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Di Jogja banyak sekali dijumpai cagar budaya baik museum, keraton, benteng dan sebaginya. Sebagai kota pelajar, di Jogja telah tersebar perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta. Banyak sekali pelajar dari seluruh penjuru nusantara yang berbondong-bondong datang ke Jogja untuk menuntut ilmu di Jogjakarta.

Jogja bagaikan magnet yang menghubungkan antara kutub utara dan selatan. Orang tua telah yakin dan percaya bahwa di Jogja anak mereka akan menuntut ilmu dengan nyaman karena Jogja telah dipandang sebagai kota yang berhati nyaman, warga masyarakatnya yang ramah, memiliki jiwa kegotong-royongan dan rasa saling mengasihi antar sesama. Orang tua juga telah mempercayakan anak-anak kesayangan mereka untuk menuntut ilmu di Jogja karena sebuah alasan yaitu dengan menuntut ilmu di Jogja mereka akan terhindar dari pengaruh buruk pergaulan malam seperti kalau mereka disekolahkan di kota besar seperti Jakarta.

Ya, Jogja memang istimewa. Tapi mungkin itu dulu, ketika kafe-kafe belum banyak tersebar di Yogyakarta, ketika belum banyak mall-mall besar yang berdiri angkuh di atas tanah istimewa ini, ketika club-club malam belum banyak bertebaran, ketika restoran-restoran fast food belum banyak berdiri di kota Jogja tercinta. Pada akhirnya keistimewaan Jogjapun telah tunduk di tangan para kapitalis-kapitalis baru.

Kita memang tidak anti terhadap modernitas, tetapi sejatinya kita juga memiliki kepribadian bangsa yang harus tetap kita pertahankan dan tetap kita junjung tinggi sampai kapanpun juga. Modernitas adalah keharusan tetapi modernitas yang kita kembangkan mestinya dalah modernitas yang sesuai dengan kepribadian masyarakat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun