Mohon tunggu...
Aprilia Normasari
Aprilia Normasari Mohon Tunggu... -

Mahasiswa salah satu universitas negeri di kota Yogyakarta Menulis untuk Hobi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Semua Gara-gara Tikus Rakyat!!!

20 Mei 2014   18:52 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:19 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Korupsi nampaknya masih jadi Trending Topics dalam kancah perpolitikan nasional. Bagaimana tidak, sekarang hampir seluruh partai politik di Indonesia pernah tersandung dengan yang namanya KORUPSI. Mulai dari partai yang berbasis nasionalis sampai partai yang berbasis agama semuanya sama saja, sama-sama pernah korupsi. Mungkin ini hanya masalah waktu, ya waktuuntuk terbukanya topeng-topeng cantik mereka. Saat ini begitu sulit untuk mengenali partai apabila ditinjau dari sudut Ideologi, partai Islam belum tentu diisi oleh simpatisan Islam, partai Nasionalis sama juga. Wakil-wakil rakyat terpilih di kursi DPR pun tampaknya begitu pragmatis dan tidak mengayomi masyarakat. Korupsi dimana-mana membentuk suatu jaringan yang rapid an sistematis.

Sadar atau tak sadar kita telah mengalami berbagai permasalahan pelik akibat para tikus-tikus rakyat ini. Menurut definisi dari KPK, akibat yang ditimbulkan akibat korupsi adalah sebagai berikut:

Pertama, penegakan hukum dan layanan masyarakat menjadi amburadul. Bagaimana tidak amburadul kalau segala macam sidang tidak ada yang berjalan mulus sebagaimana mestinya tanpa ada sosok duit yang menyokongnya. Semua permasalahan hukum muaranya adalah duit dan kekuasaan. Kalau sudah seperti ini, kalau tidak ada duit dan kekuasaan jangan harap bisa mendapatkan layangan masyarakat yang baik serta keadilan di mata hukum.

Kedua, pembangunan fisik menjadi terbengkalai. Pembangunan fisik di Indonesia banyak terbengkalai dan tidak kunjung selesai, dana yang seharusnya dialokasikan untuk pembangunan infrasruktur justru ditilep tikus bejat nan serakah. Di Indonesia ini banyak sekali proyek-proyek yang terbengkalai, korupsi mereka lakukan dengan begitu rapi dan terstruktur sehingga sulit untuk diungkap. Proyek yang dilakukan juga seperti tidak terprogram dengan baik. kita tengok saja di sepanjang jalan Protokol di wilayah Jogja khususnya, disepanjang jalan tertera “awas ada galian” pemasangan sanitasi air dan listrik bawah tanah selalu saja bongkar pasang tanpa tujuan yang jelas. Oknum-oknum tertentu cenderung mencari-cari proyek yang tidak begitu penting demi mendapatkan kucuran dana segar semata.

Ketiga, prestasi menjadi tidak berarti. Gara-gara korupsi seseorang menduduki suatu jabatan tidak berdasar kepada skill dan kemampuan yang dimiliki, korupsi telah merubah mindset masyarakat, bagaimana tidak? bila seseorang yang ingin menduduki suatu jabatan istilahnya harus memberikan sejumlah uang suap untuk menduduki posisi yang diinginkan. dengan begitu apalah arti prestasi apabila tidak diimbangi dengan yang namanya duit.

Keempat, demokrasi menjadi tidak berjalan. Apalah arti pemilu yang benar-benar high cost politics ini apabila money politics masih menjamur dimana-mana. Demokrasi tentu saja menjadi mandul apabila money politics belum mampu untuk ditekan dan dihapuskan dari bumi Indonesia ini.

Kelima, ekonomi menjadi hancur. Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan potensi alam dan SDM nya, sumber-sumber pajak negara juga sudah cukup untuk mencukupi hajat hidup masyarakat Indonesia, akan tetapi akibat ulah dari para koruptor hasil kekayaan alam Indonesia dan sumber pajak yang seharusnya untuk kesejahteraan rakyat justru dinikmati oleh segelintir kelompok semata.

Dari cerminan diatas mestinya kita instrospeksi diri kita masing-masing sudahkah kita berbuat untuk bangsa dan negara?? tentu saja sebagai seorang good citizen kita harus optimis bahwa korupsi akan lenyap dari bumi pertiwi apabila masing-masing individu sudah memiliki sikap jujur dan takut kepada Yang Maha Kuasa. Amin…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun