"Itulah rahasia hidup, Jihan, "Anjas menghela nafas panjang, "ku ucapkan selamat atas pernikahan kalian, semoga langgeng dan bahagia. Oya, di mana Iqbal? "
"Ia sedang ada tugas kantor di Bandung, malam nanti pulang. Tapi aku sudah izin padanya untuk bertemu denganmu dan menceritakan semua padamu, "sahutku.Â
Aku melirik jam di pergelangan tanganku, sudah tiba waktuku untuk pamit pada Anjas.Â
"Anjas, aku pulang dulu. Aku ada acara sebentar lagi. Senang bisa bertemu denganmu, " aku bangkit dari tempat  duduk.Â
"Baik, Jihan. Tolong sampaikan salamku untuk Iqbal. Besok pagi aku pulang ke Brisbane, " ujar Anjas.Â
Aku mengangguk, lalu berjalan keluar taman. Sesampai di pintu taman, aku menoleh ke tempat yang kutinggalkan tadi. Anjas masih duduk di sana. Ia terpekur menatap bunga lily yang berada di hadapannya. Sepasang angsa putih melintas dan menari berputar-putar di danau, namun mata Anjas tak memperhatikan satwa cantik itu. Mata pria yang dulu pernah kucintai itu nampak redup, tak lagi bersinar cemerlang ,seperti kemarin saat kami bertemu pertama kali di cafe.Â
Aku mengalihkan tatapanku kembali ke depan, lalu berjalan meninggalkan taman. Aku tahu, hati Anjas pasti tengah lara dengan kenyataan hidupnya saat ini.Â
Maafkan aku, mantan kekasihku.Â
Selesai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H