Mohon tunggu...
Apriliana Limbong
Apriliana Limbong Mohon Tunggu... Administrasi - Aktivis Sosial dan Kemasyarakatan

Pegiat sosial di lingkungan sekitar. Pengagum SBY.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kisah Unik di Balik Renegosiasi Gas Tangguh

4 Juli 2014   21:40 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:28 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Renegosiasi gas Tangguh antara pemerintah Indonesia dengan Tiongkok menarik perhatian publik dalam beberapa hari terakhir. Ternyata, proses renegosiasi sudah berlangsung lama dan alot. Perusahaan pembeli gas Tangguh awalnya kukuh tidak mau mengubah harga beli. Kekukuhan itu berlangsung selama bertahun-tahun. Renegosiasi terakhir terjadi pada 2006 lalu, atau sekitar 8 tahun silam.

Sejumlah kabar dari tim renegosiasi bentukan SBY sejak 2011 silam menyebutkan bahwa bos besar CNOOC perusahaan di Fujian yang membeli gas Tangguh, terkenal dingin dan kaku. Dia berpegang pada kontrak yang menyebutkan bahwa harga jual gas dari Tangguh tetap sampai 25 tahun kontrak, dengan patokan batas atas harga jual minyak mentah US$38 per barel. Jika mengandalkan kontrak itu, maka Indonesia lemah dan Tiongkok lebih kuat.

Namun, presiden SBY dalam kesempatan bertemu dengan pemimpin Tiongkok meminta renegosiasi dengan alasan demi keadilan, karena harga jual gas saat ini sudah sangat tinggi, dan patokan harga batas atas minyak mentah pun sudah melewati US$100 per barel. Demi keadilan, maka harga gas Tangguh harus dikaji ulang. Pertemuan SBY dengan pemimpin Tiongkok terjadi 2012 lalu. Bayangkan, sampai 2014 ini, barulah bos CNOOC luluh hatinya dan setuju mengubah harga.

Menurut tim renegosiasi, luluhnya bos CNOOC itu antara lain karena dibeberkannya ikatan kuat sejarah antara Indonesia dengan Tiongkok. Sejarah kedua bangsa itu sudah berlangsung sejak sangat lama dan selalu bersahabat. Bahkan sebagian orang Indonesia memiliki nenek moyang dari negeri Tiongkok.  Dulu pada zaman Sriwijaya dan Majapahit, sudah terjadi kontak dagang dan persahabatan antara bangsa kita dengan Tiongkok. Putri Champa yang berasal dari Tiongkok adalah istri dari Prabu Brawijaya. Demikian pula kedatangan Panglima Chengho di Jawa, disambut dengan penuh persahabatan oleh bangsa kita dan bahkan menjadi salah satu tonggak sejarah.

Cerita-cerita itulah yang kabarnya meluluhkan hati bos CNOOC Tiongkok, yang dingin dan kaku itu. Sejak mendengar kisah tersebut, dia membuka pintu untuk mengkaji ulang harga jual gas Tangguh. Kalau memang benar ceritanya seperti itu, maka... mengutip pendapat Soekarno, “Jangan sekali-sekali kita melupakan sejarah!”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun