2. Hang_rungkepi (Berani Berkorban)
Nilai Hang_rungkepi menuntut pemimpin untuk berani berkorban demi kepentingan masyarakatnya. Pemimpin harus rela melepaskan kenyamanan pribadi, baik berupa waktu, tenaga, maupun sumber daya, untuk melayani rakyat. Selain itu, pemimpin harus memiliki keberanian menghadapi risiko, termasuk tekanan atau ancaman, demi melindungi rakyat dan menjaga stabilitas wilayahnya.
Pemimpin yang mempraktikkan nilai ini selalu mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadinya. Dalam sejarah Jawa, nilai ini sering diwujudkan oleh pemimpin yang mempertahankan wilayahnya dari ancaman penjajah atau konflik internal. Mangkunegara IV, misalnya, menunjukkan keberanian dengan mengambil keputusan sulit dalam menghadapi tekanan kolonial Belanda demi melindungi rakyatnya dan menjaga otonomi Mangkunegaran.
3. Hang_ruwat (Menyelesaikan Masalah)
Hang_ruwat mengacu pada kemampuan pemimpin untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi rakyatnya. Kata ruwat berarti "membebaskan" atau "membersihkan," yang dalam konteks ini merujuk pada peran pemimpin sebagai solusi bagi permasalahan sosial, ekonomi, maupun politik.
Pemimpin yang menjalankan nilai ini memiliki empati dan kemampuan analitis untuk memahami akar permasalahan serta mencari solusi yang adil dan efektif. Selain itu, ia juga harus bijaksana dalam membuat keputusan yang berorientasi pada kepentingan rakyat. Mangkunegara IV menunjukkan penerapan nilai ini dengan mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan melalui pembangunan sektor agribisnis, sekaligus menjaga stabilitas sosial di wilayahnya.
4. Hang_ayomi (Memberikan Perlindungan)
Hang_ayomi menekankan bahwa seorang pemimpin harus melindungi rakyatnya dari ancaman, baik fisik maupun sosial. Pemimpin berperan sebagai pelindung yang memastikan keamanan, kenyamanan, dan keadilan bagi seluruh masyarakat. Dalam tradisi Jawa, pemimpin yang baik diibaratkan sebagai pohon rindang yang memberikan perlindungan bagi siapa saja yang berada di bawahnya.
Mangkunegara IV mempraktikkan nilai ini dengan menjaga stabilitas wilayah Mangkunegaran, meskipun berada di bawah tekanan kolonial Belanda. Selain itu, ia melindungi nilai-nilai budaya Jawa dari pengaruh negatif, memastikan tradisi masyarakat tetap terjaga dan berkembang.
5. Hang_uribi (Memberikan Motivasi dan Inspirasi)
Prinsip Hang_uribi menuntut pemimpin untuk menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi rakyatnya. Pemimpin tidak hanya memberikan arahan, tetapi juga membangkitkan semangat rakyat untuk mencapai tujuan bersama. Melalui teladan, pemimpin mampu menggerakkan masyarakat menuju perubahan positif.