Sering kita mendengar dan mengucapkan teori humanisme dalam proses pembelajaran. Sebenarnya apa sih kata humanisme itu sendiri, humanisme merupakan suatu paham untuk memanusiakan manusia. Jadi dapat dikatakan teori humanisme merupakan suatu teori yang menjelaskan bahwa proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Teori ini lebih menekankan bagaiman a memahami persoalan peserta didik dari berbagai dimensi yang dimiliki, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Teori belajar humanisme menjelaskan tentang pengaruh penguatan dari luar diri dan lingkungan seorang siswa, dan aktivitas kognitif dalam diri siswa digabungkan dengan filsafat dasar teori belajar humanisme yaitu “ memanusiakan manusia”, terhadap kemampuan siswa belajar melalui cara “mencontoh perilaku orang lain”. Disamping itu dalam proses pembelajaran yang terpenting dalam teori ini yaitu kreativitas, pilihan pribadi dan aktualisasi setiap individu pebelajar.
Teori humanisme berbeda dengan teori behavioristik. Teori behavioristik menganggap belajarmerupakan perubahan perilaku yang diharapkan. Perilaku ini dapat tercipta apabila urutan- urutan pembelajaran dirancang dengan tepat dan siswa mendapatkan penguatan yang disiapkan dengan baik. Sebaliknya teori humanism percaya bahwa belajar merupakan suatu proses dimana siswa mengembangkan kemampuan pribadi yang khas(tidak dimiliki orang lain) dalam bereaksi dalam lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain, siswa disini mengembangkan kemampuan yang terbaik yang dimilikinya.
Kedua teori ini mempunyai kelemahan yang sama yaitu masing- masing masih memandang siswa dari sudut pandangnya sendiri. Siswa masih dipandang sebagai mesin dalam teori behavioristik sedangkan dalam humanisme, siswa sebagai manusia yang mampu mengambil keputusan tanpa melihat pengaruh dari luar. Pada kenyataannya siswa tidak dapat hidup sendiri atu berada dalam kesendirian melainkan selalu berada dalam situasi sosial , dimana ia menjadi bagian dari situasi itu maka situasi tersebut juga menjadi bagian dari dirinya. Apa yang dilakukan oleh siswa biasanya didasarkan pada apa yang diajarkan oleh keluarganya, teman sebaya dan lingkungan sekitar diman ia tinggal.
Apabila ada seorang guru yang hanya menerapkan salah satu teori ini misalnya teori behaviorisme, maka guru tersebut akan mengalami kesulitan dalam pembelajaran karena mungkin dalam penguatan yang telah dirancang secara berkesinambungan ternyata hilang akibat dari lingkungan sosial siswanya. Misalnya, jika seorang guru ingin mengajarkan siswanya untuk tidak mencuri, tetapi ternyata di rumah orang tuanya sering mencuri maka siswa tersebut akan sulit untuk menerapkan perilaku tidak mencuri secara konsisten. Lebih- lebih apabila di lingkungan tempat teman sebayanya juga sering mencuri, maka akan sangat sulit guru itu untuk mengatur lingkungan sosial seorang siswa.
Akan sama halnya apabila ada seorang guru lain yang hanya menerapkan teori belajar humanisme. Guru juga akan mengalami kesulitan bila ingin membebaskan siswanya untuk memenuhi kebutuhan masing- masing yang unik, karena kebutuhan setiap siswa juga tertanam dan terbentuk oleh lingkungan sosial masing- masing. Dapat diambil contoh, di dalam kelas terdapat salah satu siswa yang pemarah dan selalu mengganggu jalannya pembelajaranmaka kebanyakan dari semua siswa akn mengucilkan dan meremehkan siswa tersebut. Disini guru tentu tidak akan membiarkan siswa untuk mengembangkan perilaku yang demikian dan guru akan mengambil tindakan.
Oleh karena itu dalam proses pembelajaran kita tidak boleh hanya mengacu pada satu teori belajar, akan tetapi harus dapat mengkombinasikan beberapa teori belajar demi terciptanya hasil pembelajaran yang optimal dan sesuai dengan harapa, tujuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H