Mohon tunggu...
Aprilia Kusuma Dewi
Aprilia Kusuma Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - UNIVERSITAS GADJAH MADA

Menyukai hal-hal baru

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menyusuri Jejak Affandi di Tepian Sungai Gajah Wong Sebuah Pengalaman Seni yang Menyihir

7 Oktober 2024   08:11 Diperbarui: 7 Oktober 2024   13:06 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi : Desa Santal, India

Yogyakarta tidak hanya dikenal sebagai kota pelajar, tetapi juga sebagai jantung budaya Jawa yang kaya akan sejarah dan seni.

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota yang dinamis, terdapat sebuah tempat yang mampu mengalirkan ketenangan dan kekaguman pada seni: Museum Affandi.

Berdiri di tepian Sungai Gajah Wong, museum ini memancarkan aura magis yang membalut pengunjung dalam keindahan ekspresi Affandi, sang maestro seni lukis Indonesia.

Berjalan di antara karyanya, kita seperti terbawa dalam sebuah perjalanan waktu, menelusuri setiap sapuan kuas yang penuh gairah dan perasaan.

Inilah kisah perjalananku menjelajahi Museum Affandi, sebuah tempat yang akan membuat setiap pencinta seni terpesona dan terhanyut dalam karya-karya abadi sang maestro.

Memasuki Dunia Affandi: Sambutan Hangat dari Sang Maestro

Saat pertama kali melangkahkan kaki menuju Museum Affandi, saya disambut oleh pemandangan bangunan unik yang menyerupai daun pisang melengkung. 

Bangunan ini seolah-olah memberikan isyarat bahwa saya sedang memasuki dunia yang berbeda---dunia yang dipenuhi oleh goresan-goresan seni yang liar, penuh emosi, dan ekspresif.

Tidak butuh waktu lama bagi saya untuk merasakan bahwa museum ini lebih dari sekadar tempat memajang lukisan; museum ini adalah sebuah cerita hidup yang dirangkai oleh tangan Affandi sendiri.

Museum ini memiliki tiga gedung terpisah, masing-masing dengan pesona yang berbeda. Dua gedung di antaranya dipenuhi dengan karya-karya agung Affandi, sementara gedung ketiga didedikasikan untuk karya istri dan anaknya, Maryati dan Kartika.

Sebagai seorang pelukis ekspresionis, Affandi bukan hanya menciptakan karya seni, tetapi juga menghadirkan cerita, harapan, dan mimpi dalam setiap karyanya.

Di sini, setiap lukisan tampak hidup, menatap balik kepada pengunjung, seakan mengajak untuk berdialog.

Gedung Pertama: Ekspresi Penuh Emosi

Dokumen Pribadi : Karya Affandi
Dokumen Pribadi : Karya Affandi "Potret dengan Putriku"

Saya melangkah ke gedung pertama, tempat di mana karya-karya awal Affandi dipamerkan, dengan suasana yang lebih intens.

Di sinilah karya-karya Affandi yang lebih gelap dan penuh dengan emosi yang mentah ditampilkan.

Saya hampir bisa merasakan gejolak emosi Affandi, seperti ia sedang berteriak melalui setiap sapuan kuas. Lukisan-lukisan di gedung ini jauh lebih berani, penuh dengan warna-warna kontras yang mencerminkan pergulatan batinnya.

Salah satu karya yang paling menarik perhatian saya adalah lukisan potret dirinya dengan sang putri ---wajah penuh kerut, mata yang menatap tajam, seolah-olah dia sedang mengukur jiwa setiap orang yang memandangnya.

Lukisan-lukisan di sini menggambarkan berbagai fase kehidupan Affandi. Ada kegembiraan, kesedihan, harapan, dan juga keputusasaan. Ini bukan sekadar karya seni, melainkan cerminan dari perjalanan hidup seorang manusia yang telah melewati berbagai pasang surut kehidupan.

Saya tertegun di hadapan salah satu lukisan yang menggambarkan pantai Parangtritis menjelang malam.

Goresan-goresan kasar dan perpaduan warna gelap dengan semburat kuning dari matahari yang hampir tenggelam memunculkan suasana pantai yang sunyi namun penuh energi, membuat saya merinding seakan-akan saya sedang berdiri di tepi pantai saat malam mulai menyelimuti. 

Sapuan kuas yang dinamis dan tegas pada ombak yang menghantam pantai, serta cahaya bulan yang mulai menerangi langit, menciptakan suasana yang dramatis.

Lukisan ini benar-benar menggambarkan keindahan sekaligus kekuatan alam, yang terasa begitu hidup dan nyata melalui interpretasi artistik Affandi. 

Gedung Kedua: Perjalanan Sang Legenda

Bergeser ke gedung kedua, tempat di mana Affandi melakukan perjalan ke India hingga Eropa. Di sini, karya-karya yang menunjukkan cintanya pada alam dan kehidupan manusia dipajang dengan penuh keintiman.

Setiap kanvas membawa emosi yang dalam, seolah menangkap esensi dari kehidupan sehari-hari. Tidak hanya tentang keindahan, tetapi juga tentang perjuangan dan kehangatan yang menyatu dalam kehidupan yang ia saksikan. 

Dokumen Pribadi : Desa Santal, India
Dokumen Pribadi : Desa Santal, India

Perjalanan Affandi ke India dan Eropa bersama istrinya, Maryati, menjadi salah satu momen penting dalam hidupnya yang tercermin di karya-karyanya. Dari perjalanan tersebut, Affandi mendapatkan perspektif baru yang memperkaya lukisannya.

Budaya dan pemandangan yang ditemuinya selama di India dan Eropa menambah lapisan dalam pada ekspresi artistiknya, memberikan makna baru pada karyanya yang semakin matang.

Di balik setiap lukisan, kita dapat melihat bagaimana Affandi menangkap tidak hanya bentuk, tetapi juga suasana dan perasaan dari tempat-tempat yang ia kunjungi. Sapuan kuasnya tidak hanya merepresentasikan visual, tetapi juga emosi dan cerita yang tersimpan dari perjalanannya.

Keberanian Affandi untuk mengabadikan hal-hal yang sering luput dari pandangan menjadi ciri khasnya, yang terlihat dalam berbagai karyanya setelah perjalanannya tersebut. 

Gedung Ketiga: Warisan Keluarga dalam Seni

Tidak hanya berhenti pada karya-karyanya sendiri, Affandi juga meninggalkan warisan seni kepada keluarganya.

Gedung ketiga di museum ini mempersembahkan karya-karya dari Maryati dan Kartika, istri dan anak Affandi. Saya begitu terkesan melihat bagaimana seni begitu meresap dalam keluarga ini, melahirkan generasi seniman yang terus berkarya.

Dokumen Pribadi : Karya Kartika
Dokumen Pribadi : Karya Kartika

Dokumen Pribadi : Karya Istri Affandi
Dokumen Pribadi : Karya Istri Affandi
Karya-karya Maryati memiliki sentuhan kelembutan dan kehalusan yang berbeda dari karya Affandi. Sementara itu, Kartika, putri Affandi, membawa pendekatan yang lebih modern dan berani, menciptakan karya-karya yang mengeksplorasi identitas perempuan dan perannya dalam masyarakat.

Saya bisa melihat pengaruh Affandi dalam karya-karya Kartika, namun dengan perspektif yang lebih segar dan penuh dengan kebebasan berekspresi.

Menikmati Suasana di Tepi Sungai Gajah Wong

Setelah berkeliling di dalam museum, saya memutuskan untuk menggunakan kupon minuman yang didapat dan sejenak duduk di tepi Sungai Gajah Wong yang mengalir lembut di belakang museum.

Di sinilah, saya menyadari bahwa Museum Affandi tidak hanya menyajikan perjalanan seni, tetapi juga menawarkan kedamaian.

Pohon-pohon yang rindang, suara gemericik air, dan angin sepoi-sepoi seolah-olah menjadi pelengkap dari pengalaman spiritual yang saya rasakan selama menjelajahi karya-karya Affandi.

Museum ini bukan hanya tempat untuk mengagumi lukisan, tetapi juga tempat untuk merenung, tempat di mana setiap orang dapat mencari inspirasi dalam keheningan.

Saya membayangkan bagaimana Affandi dahulu duduk di tepi sungai ini, memandangi alam sekitarnya dan menemukan kedamaian dalam setiap sapuan kuas yang ia ciptakan.

Sungai Gajah Wong menjadi saksi bisu dari perjalanan kreatif seorang maestro, dan kini, ia juga menjadi bagian dari perjalanan setiap pengunjung yang datang ke sini.

Menutup Perjalanan: Sebuah Pengalaman yang Akan Selalu Dikenang

Mengakhiri kunjungan di Museum Affandi, saya merasa begitu terhubung dengan seni, sejarah, dan kehidupan Affandi.

Museum ini memberikan pengalaman yang lebih dari sekadar menikmati lukisan-lukisan indah---ini adalah perjalanan emosional yang mengajarkan kita tentang makna hidup, keindahan dalam kesederhanaan, dan kekuatan ekspresi manusia.

Museum Affandi tidak hanya menyimpan karya-karya seni, tetapi juga menyimpan jiwa dan semangat Affandi dalam setiap sudutnya. Bagi siapa saja yang mengunjungi Yogyakarta, museum ini adalah tempat yang wajib dikunjungi.

Di sini, seni dan kehidupan bersatu, menciptakan kenangan yang tak akan pernah pudar. Sebuah perjalanan yang tidak hanya menyenangkan mata, tetapi juga menyentuh hati.

Melalui perjalanan kali ini, saya merenungkan bahwa seni adalah sebuah perjalanan tanpa akhir---sebuah perjalanan yang bisa kita mulai kapan saja, di mana saja, seperti yang Affandi lakukan sepanjang hidupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun