Indonesia justru diharapkan dapat mengambil peluang jika proyek ini benar-benar terlaksana. Indonesia masih punya beberapa opsi antisipasi yang justru saya nilai lebih menguntungkan apabila terusan ini benar-benar beroperasi. Karena dari keberadaan selat malaka sendiri, sebelumnya Indonesia telah mendesain batam menjadi pelabuhan transshipment terbesar untuk menyaingi Singapura, namun pada kenyataannya hingga saat ini posisi batam belum bisa menandingi Singapura. Â
Alasan kenapa adanya kanal ini menjadi salah satu hal yang menguntungkan bagi Indonesia adalah pertama, ada Pelabuhan Kuala Tanjung di Sumatera Utara. Jika, Terusan Kra benar-benar beroperasi, Kuala Tanjung bisa menjadi pelabuhan transit paling strategis untuk kapal-kapal yang akan mengirim barang ke Indonesia tanpa harus melewati Singapura. Tentu saja, karena letak pelabuhan berskala internasional ini hampir satu jalur dan berhadapan langsung dengan Terusan Kra.
Kedua, Indonesia memiliki Aceh, tepatnya di Pulau Sabang atau Pelabuhan Malahayati. Tentu saja, Aceh juga akan diuntungkan karena juga berhadapan langsung dengan salah satu pintu terusan tersebut. Tetapi penggunaan pelabuhan dikedua wilayah ini kini menjadi salah satu tantangan bagi rumah tangga Indonesia sendiri yaitu untuk menciptakan pelabuhan transshipment berskala Internasional apabila Kra tersebut terealisasi. Hal ini sebenarnya pernah digagas pada masa pemerintahan presiden Prof BJ Habibie.Â
Gagasannya saat itu, adalah dengan mengaktifkan sebuah Pelabuhan Internasional di Sabang sebagai pelabuhan transit bagi seluruh kapal-kapal dagang, yang selama ini dilakukan oleh Singapura, pembangunan infrastruktur alur pelayaran ini saya kira akan lebih efisien tanpa harus terkait dengan Program One Belt One Road (OBOR) dari Cina.
Itulah mengapa hal tersebut menjadi tantangan besar bagi rumah tangga Indonesia nantinya, yaitu apabila pembangunan Infrastruktur tersebut tidak bergantung Negara lain khususnya China. Karena kebijakan OBOR yang diterapkan di Negara lain malah justru menimbulkan gejolak perekonomian baru dinegara tersebut dari bantuan dana yang dikucurkan oleh China.
Di samping rencana strategi  dibukanya pelabuhan transshipment di Aceh untuk menghimpun keuntungan dari keberadaan Kanal Kra, dengan adanya jalur kapal yang langsung ke China diperkirakan dampaknya akan sangat baik dari segi alur dan peraturan pelayaran karena Indonesia akan terbebas dari 'externalities'. Tidak hanya itu, kapal internasional dengan tujuan Tanjung Priok bisa langsung menuju ke pelabuhan tersebut tanpa harus berurusan dengan Malaysia atau Singapura.
Kemudian dari segi lingkungan laut , sebenarnya pembangunan Terusan Kra akan berdampak baik pada kondisi lingkungan laut Indonesia khususnya di wilayah Selat Malaka. Hampir 90 ribu kapal melewati Selat Malaka setiap tahunnya dengan resiko kecelakaan akibat lalu lintas pelayaran yang bisa merusak lingkungan seperti tumpahan minyak dana tau polusi air balast dari kapal tangker. Berkurangnya jumlah kapal yang melewati jalur ini, tentu saja akan berdampak baik untuk lingkungan lautnya karena tingkat polusi laut akan turut berkurang.
Terakhir, terlepas benar atau tidaknya realisasi dari pembangunan Terusan Kra ini saya rasa disamping Indonesia perlu menyiapkan strategi yang bijaksana untuk menghadapi pembangunan Terusan Kra, Â Indonesia tidak perlu terlalu khawatir karena masih banyak sekali potensi sumber daya kelautan di Indonesia yang bisa diandalkan untuk membangkitkan kembali kejayaan sektor maritim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H