Sebelum membahas tentang apa itu Kanal Kra disini saya akan membahas bagaimana dan latar belakang direncanakannya megaproyek yang mengundang banyak polemik khususnya bagi geopolitik, geostategi dan geoekonomi Negara -- Negara di kawasan Asia Tenggara. Seperti yang kita ketahui Cina memiliki sebuah strategi yang sedang gencar mereka realisasikan saat ini.Â
Kebijakan Negara Tiongkok yang dikenal dengan One Belt One Road merupakan strategi yang dilakukan dalam rangka menguatkan perekonomiannya di wilayah Asia, Eropa dan Afrika. Kebijakan yang disebut juga dengan Silk Road ini juga merupakan salah satu strategi yang ditempuh oleh Cina dalam pertarungan pengaruh geopolitik dengan Amerika Serikat. Dalam visi besar jalan Silk Road ini berupa pembangunan kanal Kra di selatan Thailand.
Seperti Terusan Suez pembangunan kanal ini bertujuan untuk memperpendek lintasan kapal dari Laut Andaman ke Laut Cina Selatan dan sebaliknya tanpa harus melintasi semenanjung Malaka. Selain itu pembangunan tujuan kanal tersebut adalah untuk menjadi jalur alternatif Selat Malaka yang dinilai sempit, padat lalu lintas, rawan dan rute perdagangan tersibuk di dunia, yang menghubungkan Cina, Jepang dan negara-negara Asia Timur lainnya dengan ladang minyak di Timur Tengah dan pasar utama di Eropa, Afrika dan India.
Jika kita lihat dari sejarahnya sendiri sebenarnya rencana pembangunan proyek Kanal Kra ini sudah ada sejak abad ke -- 17. Gagasan itu muncul dari raja Thailand ketika seorang insinyur Perancis De Lamar melakukan survei perihal kemungkinan membangun terusan laut yang menghubungkan Songkhla dengan Marid.
Namun kini rencana pembangunan kanal tersebut merupakan joint ventura yang dilakukan oleh China dengan Thailand dalam menyukseskan strategi China dalam membangun jalan Sutra yang mereka cita -- citakan. Selain itu dengan pembangunan kanal tersebut dinilai akan membantu meningkatkan perekonomian Thailand.
Apabila proyek ini benar -- benar direalisasikan maka akan sangat mempengaruhi dinamika geopolitik Asia Tenggara khususnya bagi Thailand, Singapura dan Indonesia tentunya. Nantinya kapal -- kapal dagang  yang biasanya melintasi semenanjung Malaka lebih memilih melintasi jalur Kra karena menghemat waktu dan biaya.Â
Seperti telah kita ketahui semenanjung Malaka menjadi jalur transportasi laut Internasional terpenting di Dunia yang menghubungkan Samudera Hindia dengan Samudera Pasifik melalui Laut Cina Selatan dan merupakan rute laut terpendek antara kawasan timur tengah sebagai daerah penghasil minyak dan negara-negara pengguna minyak di kawasan Asia Timur dan Tenggara. Selat Malaka merupakan choke point minyak terbesar kedua di dunia setelah Selat Hormuz.
Dalam hal ini tentunya menjadi pukulan keras bagi Negara -- Negara yang menggantungkan sector perekonomiannya pada keberadaan selat Malaka, dalam hal ini yang sangat mencolok adalah negara Singapura.Â
Selama ini Negara Singapura mendapat keuntungan dari kapal -- kapal yang melewati selat Malaka. Seperti yang kita ketahui bahwa Negara ini menggantungkan sector perekonomiannya pada sector jasa dan industry dengan porsi masing -- masing terhadap PDB sebesar 76,3% dan 23,8%. Jika selat malaka kita asumsikan sebagai tol darat maka Singapura merupakan rest areanya. Jadi secara ekonomi Singapura sangat bergantung pada selat Malaka.
Lalu bagaimana dengan Indonesia yang juga bergantung pada selat malaka? Strategi tersebut tentunya juga akan memberikan pengaruh pada perekonomian laut bagi Indonesia jika tidak disikapi dengan bijaksana.Â
Selama ini ada kesan Indonesia memiliki bargaining position dalam percaturan geopolitik global karena faktor geografis dengan keberadaan Selat Malaka. Namun beberapa pakar dan ahli maritim berpendapat pembangunan Kanal Kra ini tidak menimbulkan dampak signifikan terhadap Indonesia.Â