Mohon tunggu...
Aprila Rahayu Gani
Aprila Rahayu Gani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jangan Jadi People Pleaser Terus yaa, Yuk Sayangi Dirimu!

11 April 2023   07:35 Diperbarui: 11 April 2023   07:43 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi people Pleaser (Foto: Pinterest/Freepik)

Oleh: Aprila Rahayu Gani, Zahra Fahriza, Arifati Ilma Lubis (Mahasiswa Jurusan Psikologi Islam, Universitas Muhammadiyah Riau)
            Menurut Dr. W.A. Gerungan (2004:26) manusia ialah makhluk sosial sehingga membutuhkan orang lain di setiap kehidupan mereka. Bukan hanya menemani satu sama lain, mereka bisa membantu dan menolong kita disaat kita berada pada kesulitan. Tetapi terkadang kondisi tersebut bisa disalah artikan sebab beberapa orang yang terlalu mementingkan kebahagiaan orang lain dibandingkan dengan dirinya sendiri.
            People Pleaser adalah seseorang yang selalu memaksakan kesenangan orang lain tanpa memikirkan dirinya sendiri. People Pleaser memiliki kecenderungan seperti seseorang yang melakukan suatu kegiatan atau aktifitas semata-mata hanya untuk menyenangkan dan agar tidak mengecewakan orang lain.  Menurut Susan Newman seorang psikolog yang berasal dari Amerika, menyatakan bahwa People Pleaser adalah mengutamakan kepentingan orang lain diatas kepentingannya sendiri.

People Pleaser adalah hidup dengan mendengarkan pendapat orang lain agar dirinya dianggap sempurna oleh orang-orang di sekitarnya. Seseorang seharusnya memiliki pendirian dan jati diri, namun tidak untuk seorang People Pleaser, Ia akan terus menerus bergantung pada orang lain yang belum tentu benar dalam memberikan arahan

            Penyebab seseorang menjadi People Pleaser adalah adanya rasa takut ditinggalkan  ketika ia berhenti menyenangkan orang lain, tuntutan orang-orang terdekatnya dari ia kecil juga dapat membuat seseorang menjadi People Pleaser, kesulitan untuk menerima dan memvalidasi dirinya sendiri sehingga ia mencari tempat untuk mengakui keberadaannya dan untuk menghindarkan dirinya dari konflik, sebab ia berfikir bahwa dengan meng-iyakan harapan dan keinginan orang lain dapat membuatnya terhindar dari konflik. Penyebab lain seseorang menjadi People Pleaser yaitu selalu setuju dengan usulan dan perkataan orang disekitarnya, sering merasa bersalah dan sering meminta maaf untuk mengurangi kecemasan.

Adapun cara untuk mengatasi People Pleaser adalah:

1. Belajar menolak dan berkata "Tidak", jika kamu tidak setuju atau tidak nyaman dengan hal tersebut.
Membuat batasan yang jelas, sehingga kamu dapat menilai hal-hal yang berlebihan.
2. Jangan terburu-buru dalam menjawab suatu pertanyaan sebelum kamu mempertimbangkan sesuatu dengan benar dan jangan langsung meng-iyakan karena merasa "tidak enak".
3. Menolak bukan berarti kamu tidak membantu, cara ini bisa membuat seseorang itu menyelesaikan tanggungjawabnya.
4. Tidak perlu berusaha untuk menyenangkan orang lain, sebab akan terlalu melelahkan jika kamu terus saja menyenangkan orang lain tanpa memikirkan dirimu sendiri. 

Proses untuk berhenti menjadi People Pleaser ini mungkin memakan waktu yang tidak singkat. Namun, kita dapat menanamkan dalam diri kita tentang menghargai diri sendiri dan mementingkan kepentingan diri kita dahulu, sebab tidak semua orang paham akan menghargai apapun yang kita lakukan untuknya.

Sumber:

Anita,       Marisa.       (2021).       On       Marissa's       Mind:     People        Pleaser.      Dalam https://greatmind.id/article/on-marissa-s-mind-people-pleaser

Divisi sosial BEM FPsi (2020) [PSYCHOFACT#8] People Pleaser http://bem.fppsi.um.ac.id/index.php/2020/07/27/people-pleaser/

Instagram Post @Psikologid from Daud Antonius (2022): People Pleaser: Ketika Kamu Sulit untuk Menolak dan Berkata Tidak. https://www.instagram.com/p/Cm6airxPXKH/?igshid=YmMyMTA2M2Y

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun