Lambang Kesultanan Bima Menurut Wikipedia, pantun merupakan salah satu jenis puisi lama dan dikenal luas di Nusantara. Biasanya, pantun terdiri dari empat laris atau baris yang bersukukata sama, bisa 8 atau 12 suku kata, dan berima a-b-a-b atau a-a-a-a. Di sana juga tertulis meski pantun merupakan tradisi lisan, tidak jarang juga pada jaman sekarang dijumpai dalam keadaan tertulis. Tidak salah memang, karena dalam kehidupan sehari-hari pantun digunakan sebagai salah satu lawakan, entah  itu di acara humor atau di tutup botol minuman bersoda. Yap, pantun memang terkenal dan sudah mendarah-daging dalam kehidupan masyarakat Nusantara. Tapi itu pantun mainstream! Kok? Ya, karena itu digunakan oleh kebanyakan masyarakat Indonesia, bahkan mungkin rima a-b-a-b atau a-a-a-a digunakan juga dalam kesusasteraan entah oleh negeri yang dimana letaknya itu. Tahu pantun apa yang berbeda? Pantun Bima. Patu Mbojo (kadang disebut juga dengan Kapatu Mbojo) merupakan salah satu sastra lisan yang mengakar kuat di suku Bima, suku yang mendiami daerah Bima dan Dompu di ujung timur Pulau Sumbawa. Seperti halnya pantun Melayu, Patu Mbojo atau pantun Bima digunakan sebagai salah satu sarana dalam menyampaikan pesan dari si petutur. Nah, yang menarik dari pantun Bima ialah mempunyai struktur yang berbeda dengan pantun kebanyakan. Perhatikan contoh berikut yang saya ambil dari lagu Sodi Angi:
Na ini mbua si ri'ina, kuhaju ka'a sara'a
Na ciwi mbua rausi, mada kulondo rai.
Atau:
Dicua ngaha ndai cumpu boho oi ndeu
Ngenge kali cempe tanda bou ra campo.
Dalam pantun Bima, jarang sekali digunakan sampiran, malah kemungkinan tidak ada. Setiap baris atau kalimat merupakan isi dari sebuah pantun. Rimanya sendiri tidaklah berpatokan pada huruf vokal seperti pada pantun Melayu, malah rima pantun Bima terletak dalam satu baris atau kalimat. Penggunaan rima dalam pantun Bima berpatokan pada jumlah suku kata dan huruf konsonan yang sama pada setiap frasanya. Lihat kata yang dicetak tebal: ri'i - ra'a, rau-Â rai, ndai -Â ndeu, dan cempe -Â campo. Contoh lainnya:
Aina mbou ba laomu sambea
Aina hodi ba laomu sahada
Niki padasa dimai kai ba dosa
Di sana kita akan lihat pola rimanya ada di mbou - sambea, hodi - sahada, dan padasa - dosa. Pola rimanya mengambil dua suku kata dan konsonan yang mirip dengan kata di frasa pertama, tidak peduli rima tersebut ada di akhir atau di awal sebuah kata, contoh padasa - dosa dan hodi - sahada atau kebalikannya rausi - rai. Membuat pantun Bima mungkin tidaklah sulit, karena tidak menggunakan sampiran, sehingga apa yang ingin disampaikan petutur langsung merupakan isi, tanpa perlu memikirkan lagi sampiran yang mirip-mirip dengan isi. Bagian yang sulit tentunya menyamakan rima di tiap frasa. Petutur harus cerdas dan mempunyai banyak perbendaharaan kata dalam Bahasa Bima (Nggahi Mbojo). Bila terlalu sulit, bolehlah rima digunakan di tiap akhir baris atau kalimat. Saat ini, pantun Bima sering digunakan sebagai lirik dalam pagelaran ndiri biola ataupun biola katipu. Sering juga dalam lagu-lagu tak bermutu dari Bima lainnya.
- http://rimpu-cili.blogspot.com/2011/08/mengenal-dan-memahami-karya-sastra.html
- http://id.wikipedia.org/wiki/Pantun
- https://google.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H